Memasuki ruang yang penuh sesak
tapi terasa sunyi,semua sibuk dengan urusan masing-masing, dari setiap sudut
ruangan terlihat mata penuh tatapan sedih, penuh harap dan pasrah terhadap
cobaan serta ujian Tuhan, Lalu lalang juru selamat, di sudut lain terlihat
betapa ikhlas pengabdian anak kepada ayah dan ibunya, istri terhadap suaminya,
suami terhadap istrinya, hatinya sebenarnya teriak menangis, semuanya terlihat
pasrah atas cobaan Tuhan kepada dirinya, seolah Tuhan berbicara pada mereka
nikmatku sungguh berharga, mereka pasrah dan berharap masih diberi kesempatan
hidup tanpa cobaan raga ini, Semoga jiwa mereka selalu tabah “nak untung ada
kamu, kalau tidak ibu pasti sudah sangat letih, saya hanya ingin melihat bapak
mu sembuh,” ternyata ibuku menangis,” dalam hatiku berkata “Aku tidak akan
kemana-mana bu”, tidak ada alasan lagi buatku untuk mengeluh kali ini,
mendengar semua deru ibuku disertai air mataku, ayahku yang tampak biasa saja
adalah orang paling sabar menanggung sakitnya, semampuku aku tahan air mataku,
agar terlihat kuat saat itu, tapi akhirnya aku tidak sanggup, air mataku
menetes, entah kenapa hari ini menjadi
hari teramat sedih karena ungkapan ibuku itu, Ibuku paling kuat dan tanpa
keluhan terus memotivasi, betapa sebenarnya cobaan ini akan berakhir.
Setidaknya itu,
13 februari 2015
Rs wahidin sudirohusodo