Minggu, 15 Februari 2015

jumat 13 februari 2015


         Memasuki ruang yang penuh sesak tapi terasa sunyi,semua sibuk dengan urusan masing-masing, dari setiap sudut ruangan terlihat mata penuh tatapan sedih, penuh harap dan pasrah terhadap cobaan serta ujian Tuhan, Lalu lalang juru selamat, di sudut lain terlihat betapa ikhlas pengabdian anak kepada ayah dan ibunya, istri terhadap suaminya, suami terhadap istrinya, hatinya sebenarnya teriak menangis, semuanya terlihat pasrah atas cobaan Tuhan kepada dirinya, seolah Tuhan berbicara pada mereka nikmatku sungguh berharga, mereka pasrah dan berharap masih diberi kesempatan hidup tanpa cobaan raga ini, Semoga jiwa mereka selalu tabah “nak untung ada kamu, kalau tidak ibu pasti sudah sangat letih, saya hanya ingin melihat bapak mu sembuh,” ternyata ibuku menangis,” dalam hatiku berkata “Aku tidak akan kemana-mana bu”, tidak ada alasan lagi buatku untuk mengeluh kali ini, mendengar semua deru ibuku disertai air mataku, ayahku yang tampak biasa saja adalah orang paling sabar menanggung sakitnya, semampuku aku tahan air mataku, agar terlihat kuat saat itu, tapi akhirnya aku tidak sanggup, air mataku menetes,  entah kenapa hari ini menjadi hari teramat sedih karena ungkapan ibuku itu, Ibuku paling kuat dan tanpa keluhan terus memotivasi, betapa sebenarnya cobaan ini akan berakhir.

Setidaknya itu,
13 februari 2015


Rs wahidin sudirohusodo