BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ahli Botani masa lalu, mengelompokkan spons (porifera) ke dalam Kerajaan Plantae karena bentuknya yang bercabang-cabang dan tidak mampu bergerak secara nyata. Spons baru dikelompokkan ke dalam Kingdom Animalia pada tahun 1765, setelah dilakukan penelitian dan pengamatan arus air melalui oskulumnya yang bergerak.
Anggota Filum Porifera disebut dengan sebutan spons. Spons merupakan hewan air yang umumnya hidup di perairan laut dangkal yang bebas polusi. Di dunia, terdapat sekitar 10.000 spesies spons, dan hanya 100 spesies saja yang hidup di perairantawar. Spons dewasa bersifat sesil, hidup menempel pada batu, cangkang kerang, dan permukaan keras lainnya.
Setelah sub Kingdom Protozoa sebagai hewan berseltunggal atau uniseluler, maka hewan – hewan berikutnya tersusun atas banyak sel, maka disebut metazoa. Pada tahap permulaan metazoa hanya sekedar sekelompok sel yang masih cenderung bekerja sendiri – sendiri, baru kemudian pada tahap berikutnya merupakan kesatuan. Kesatuan itu berkembang menjadi jaringan - jaringan dan beberapa macam jaringan membentuk organ. Dalam pembahasan akan dikaji secara berturut – turut dari bentuk yang paling sederhana ke bentuk yang kompleks.
Tubuh porifera masih diorganisasi pada tingkat seluler , artinya tersusun atas sel – sel yang cenderung bekerja secara mandiri, masih belum ada koordinasi antar sel satu dengan sel lainnya. Untuk mengetahui lebih banyak tentang porifera akan dibahas lebih lanju
b. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian porifera ?
2. Bagaimana ciri anatomi, morfologi, pencernaan dan fisiologi porifera ?
3. Bagaimana klasifikasi porifera?
4. Sebutkan peranan porifera dalam kehidupan sehari – hari !
c. Tujuan Percobaan
1. Mengetahui pengertian porifera
2. Mengetahui ciri anatomi, morfologi, pencernaan dan fisiologi porifera
3. Mengetahui klasifikasi porifera
4. Mengetahui peranan porifera dalam kehidupan sehari – hari
d. Manfaat Percobaan
Selain kita dapat mengetahui struktur tubuh dan kegunaan porifera ini tentunya kita dapat gunakan dalam kehidupan sehari – hari dan yang paling terpenting menjaga ekosistemnya agar terjaga kelestariannya.
BAB II
PEMBAHASAN
Tubuh porifera masih diorganisasi pada tingkat seluler, artinya tersusun atas sel – sel yang cenderung bekerja secara mandiri, masih belum ada koordinasi antara sel satu dengan sel lainnya. Kata “Porifera” berasal dari kata Latin, pori = lubang – lubang kecil + faro = mengandung,membawa. Kata tersebut menunjukkan kekhususan hewan yang bersangkutan, yaitu : memiliki banyak lubang – lubang kecil dan bila disingkat cukup disebut: Hewan berpori – pori . Bila dibandingkan dengan susunan tubuh protozoa maka susunan tubuh porifera adalah lebih kompleks. Sebab tubuhnya tidak lagi terdiri atas sel, tetapi telah tersusun atas banyak sel. Oleh karena itu beberapa ahli memasukkan Porifaera dalam kelompok hewan metazoan, walaupun dalam tingkat rendah.
Porifera merupakan filum antara Protozoa dan Coelenterata. Kesukaran dalam menghubungkan dengan Metazoa sebenarnya adalah pada sejarah embrional yang khusus. Atas dasar itulah Porifera digolongkan dalam kelompok Parazoa (para = disamping) atau hewan sampingan. Porifera mempunyai ciri – ciri khusus : (1) Tubuh memiliki banyak pori, yang merupakan awal dari system kanal saluran air yang menghubungkan daerah eksternal; (2) Tubuh tidak dilengkapi dengan apendiks dan bagian yang dapat digerakkan; (3) Belum memiliki system saluran pencernaan makanan. Sistem pencernaanya berlangsung secara intraseluler. Tubuhnya memiliki penyokong tubuh yang tersusun atas bentuk Kristal dan spikula – spikula atau bahan serabut yang terbuat dari bahan organic.
Pada umumnya phylum Porifera hidup di air laut, yaitu tersebar atau terbentang dari sejak daerah perairan pantai (tide) yang dangkal hingga daerah kedalaman 5,5 km. Familia yang hidup di ai tawar biasanya termasuk pada Familia Spongilliade. Fase dewasa bersifat sesil, artinya menetap pada suatu obyek yang keras yang dipakai sebagai tambahan, misalnya batu – batuan, kayu – kayu yang tenggelam di dalam air dan ada juga yang melekat pada cangkok hewan – hewan mollusca. Antara bagian tubuh utamanya dengan tambatan dihubungkan oleh tangkai atau padenkula yang dibagian proksimal mengadakan pelebaran sebagai bentuk cakram atau bentuk yang menyerupai akar. Bentuk tubuh sangat bervariasi, yaitu ada yang menyerupai kipas, jambangan bunga, batang, globular, genta, terompet dan lainnya; hewan porifera sebagian besar membentuk koloni yang sering tampak tidak teratur, sehingga tampak seperti tumbuhan. Warna tubuh Poriifera bermacam – macam, misalnya berwarna kelabu, kuning, merah, biru, hitam, putih keruh, cokelat, jingga, hijau dan lain – lainnya. Warna tubuh sering berubah, tergantung tempat sinar. Warna – warna itu diperkuat atau diperlemah warna lain, karena di dalam tubuhnya menletgandung ganggang yang memiliki warna juga. Ganggang ini rupanya mengadakan simbiosis dengan Porifera.
Sekujur tubuh porifera terdapat pori-pori (porus: lubang kecil dan faro: membawa/mengandung), hal tersebut menjadi sebab utama penamaannya. Dia antara anggota-anggota Kerajaan Animalia, spons mempunyai stuktur tubuh yang paling sederhana. Hewan yang dikenal sebagai hewan spons ini merupakan organisme multiselular. Bentuk tubuh dan warnanya beragam, misalnya, mirip tumbuhan, bulat, pipih, dan ada yang mirip vas bunga, sedangkan warna tubuhny ada yang jingga, biru, hitam, ungu, kuning, dan merah.
Porifera belum mempunyai organ, simetri tubuh, sel-sel pengindra, sel saraf, saluran pencernaan., jaringan saraf maupun mulut. Tubuhnya tidak bisa bergerak secara dan melekat di dasar perairan (sesil). Kerangka tubuhnya kuat yang tersusun dari zat kapur, silikat, atau spongin. Mereka mempunyai daya regenerasi yang tinggi, artinya mampu menumbuhkan kembali bagian tubuh yang hilang (rusak). Sehingga, jika hewan ini dipotong menjadi empat bagian, maka akan terbentuk empat hewan porifera baru.
Bentuk paling sederhan dari spons adalah seperti kantong yang kaku dan berpori
Tubuh Porifera terdiri atas bagian-bagian sebagai berikut:
a. Oskulum : saluran penyebaran air dari tubuh. Tempat air keluar dari spongiosel.
b. Ostium atau apurturea : lubang kecil tempat masuknya air ke dalam tubuh. Lubang pada porosit.
c. Paragaster atau spongiosel : saluran yang terdapat di bagian tengah tubuh. Ruang kosong di dalam kantong.
d. Dinding tubuh yang tersusun atas :
1) Pinakosit : sel pelapis tubuh bagian luar, lapisan sel-sel yang berbentuk pipih
2) Porosit : sel berlubang yang di dalamnya terdapat ostia.
3) Miosit : sel otot yang mengelilingi porosit dan oskulum. Berfungsi untuk membuka dan menutup sel porosit dan oskulum. Jika miosit mengeut, maka sel porosit dan oskulum akan menutup.
4) Koanosit : sel pelapis dinding spongiosel dan berfungsi untuk mencerna makanan secara intrasel. Pada ujung sel terdapat flagela, sedangkan pada bagian pangkal terdapat vakuola.
5) Amebosit : sel penghasil matriks pada lapisan tengah tubuh. Sel ini berfungsi untuk mengedarkan zat makanan dan dapat berubah fungsi menjadi ovum dan sperma.
6) Skleroblas : sel penghasil spikula yang berfungsi sebagai rangka tubuh.
Struktur tubuh porifera kecuali berpori dengan macam – macam bentuk, dibagi atas tiga tipe yaitu : (1) Ascon, (2) Sycon atau Schyipa dan (3) Rhagon.
Dari tipe Ascon yang berbentuk jambangan bunga yang merupakan tipe paling sederhana dapat kita lihat suatu rongga sentral yang disebut Spongiocoel atau paragaster. Ujung atas dari jambangan terdapat lubang besar yang disebut osculum. Lubang itu merupakan pintu masuk aliran air yang menuju ke dalam rongga prageseter. Dinding tubuh tersusun atas dua lapis yaitu : (1) lapis luar yang disebut lapisan epidermis atau epithelium dermal. Tapi menurut Lambenfels sel – sel itu bukan sel – sel epithelium sebenarnya, dan sering disebut pinacocyt dan kadang – kadang mempunyai satu flagellum, (2) lapis dalam yang terdiri atas jajaran sel – sel berleher yang disebut Choanocyt yang berbentuk botol yang memiliki flagellum. Di antara kedua lapisan itu terdapat zat antara yang berbahan gelatin. Di antara kedua lapisan itu terdapat : (a) Amoebocyte yang berfungsi mengedarkan zat – zat makanan ke sel lainnya dan menghasilkan gelatin. (b) Porocyte (sel berpori) atau myocyte yang terletak di sekitar pori , yang berfungsi membuka dan menutup pori dan ssring disebut myocyt. (c) Scleroblast yang berfungsi membentuk specula (kerangka tubuh). (d) Archeocyt merupakan sel amoebosit embrional yang tumpul dan dapat membentuk sel – sel lainnya misalnya sel – sel reproduktif. (e) Spicula yang merupakan unsur pembentuk tubuh.
Berhubung dinding tubuh porifera hanya terdiri dari dua lapis, yaitulapis luar ( ektodermal ) dan lapis dalam ( endodermal ), maka ditinjau dari sudut sejarah embrionalnya Porifera termasuk diploblastis.
Dalam tubuh porifera ditemukan system saluran air yang dimulai daripori – pori atau porosofil dan diakhiri pada lubang keluar utama yang disebut osculum. Sebelum air dikeluarkan melalui oskulum, maka air yangdari segala jurusan tubuh itu lebih dahulu ditampung di dalam rongga sentral atau spongocoel. Pola saluran air dari berbagai jenis porifera itu tidak sama, namun mempunyai fungsi pokok yang sama yaitu untuk mengalirkan air dari dari daerah eksternal. Aliran air tersebut berfungsi sebagai alat transportasi zat makanan dan zat – zat sisa metabolisme.
Untuk menunjanng dinding tubuh yang lunak, maka porifera mempunyai penyokong tubuh berupa mesenchym dan Kristal – Kristal kecil yang berbentuk seperti duri, bintang atau anyaman – anyaman serabut yang terbuat dari bahan organis itu merupakan kerangka tubuh dari hewan yang bersangkutan. Kerangka tubuh semacam ini disebut kerangka dalam atau endoskeleton.
Kalau ditinjau dari bahan pembentuk kerangka, maka Porifera dapat digolongkan menjadi 3 golongan, yaitu : (1) Porifera lunak, Porifera jenis ini kerangka tubuhnya tersusun dari bahan sponging ( organis ). Porifera jenis ini, biasanya bila telah mati tubuhnya dapat digunakan sebagai alat penggosok tubuh pada waktu mandi, penggosok alat – alat rumah tangga misalnya meubelair dan lain – lainnya, benda semacam ini biasanya disebut sponsa. (2) Porifera kapur, Porifera jenis ini kerangka tubuhnya terbuat dari bahan Kristal zat kapur atau CaCO3 . (3) Porifera silikat , Porifera jenis ini kerangka tubuhnya terbuat dari bahan Kristal silikat H2 Si3 O7, Kristal – Kristal yang terbentuk seperti duri, bintang, mata kail , jangkar dan lain – lainnya yang biasa disebut specula itu merupakan hasil bentukan atau sekresi dari sel – sel scleroblast. Sedangkan sponging merupakan sekresi dari sel – sel spongioblast. Baik scleroblast maupun spongioblast merupakan sel – sel khusus dari mesenchym. Menurut Minchin, scleroblast yang merupakan bentuk khusus dari sel mesenchym itu sebetulnya derivate dari sel dermanl epithelium yang masuk ke dalam mesoglea dan di situ membentuk spcula dengan cara bersekresi. Spicula – specula yang bersifat monakson ( specula bersumbu satu ) dibentuk oleh sebuah sel scleroblast. Di dalam scleroblast tersebut mula – mula terjadi seutas benang yang terbuat dari bahan organic, kemudian di sekitar benang itu didepositkan bahan – bahan CaCO3 seluruh bentukan itulah yang kemudian menjadi specula. Setelah specula terbentuk maka sel scleoblast lalu membelah diri menjadi dua, yang satu disebelah sel – pembentuk atau founder sedang yang lain disebut sel penebal atau thickner. Bila specula telah sempurna terbentuk, maka sel scleroblast akan meninggalkan specula. Tetapi specula – specula yang bersifat triakson, dibentuk oleh 3 sel sccleroblast. Bila specula – specula tersebut telah selesai terbentuk selanjutnya akan bertemu satu dengan yang lain di ujung – ujung cuatannya.
Fungsi
Berikut ini dibahas aliran air, makanan dan pencernannya, osmoregulator, ekskresi, pernapasan rekasi terhadap rangsangan.
Bila dipandang begitu saja Nampak Porifera memperlihatkan gejala seperti benda mati dalam arti diam tanpa mengadakan aktivitas. Tetapi bila diamati secara saksama, di dalam tubuhnya terjadi kegiatan yang luar biasa, dimana flagella dari sel – sel choanachyt giat mengadakan gerak penyapuan untuk menimbulkan aliran air, aliran mana mempunyai arti yang sangat vital bagi kehidupannya. Sehubungan dengan aliran air ini, ternyata Porifera dalam ukuran sedang ( 10 m ) setiap harinya tidak kurang 2624 m3 air yang dimasuk keluarkan melalui tubuhnya. Seperti telah disebutkan di muka fungsi utama dari aliran air adalah sebagai sarana dalam penyelenggaraan pertukaran zat, dari daerah eksternal ke dalam daerah internal dan sebaliknya. Adapun zat yang dipertukarkan adalah partikel – partikel makanan dan oksigen dimasukkan dari lingkungan internal ke lingkungan eksternal. Di samping itu aliran air, terutama dari daerah internal juga berfungsi sebagai sarana dalam pengeluaran benda – benda reproduktif yang erat hubungannya dengan proses perkembang biakan serta penyebaran generasi.
Porifera bersifat holozoik maupun saprozik. Makanan Porifera berupa mikroorganisme ( diatomae, bakteri protozoa dan lain – lain ), serta bahan – bahan organic yang merupakan lapukan atau sisa – sisa tubuh organism yang telah mati. Adapun mekanisme digesti, disstribusi, tersebut adalah sebagai berikut : bila aliran yang bersel Choanacyt, maka disitu terjadi proses penyaringan , di mana mikrofili – mikrofili sel berleher akan bertindak sebagai filter terhadap material yang terbawa oleh arus aliran air. Selanjutnya partikel – partikel makanan yang dimaksud akan ditangkap oleh sel Choanacyt untuk dimasukkan kedalam daerah internalnya yaitu vakuola makanan. Di dalam vakuola makanan partikel tersebut akan dikerjakan oleh enzim Karbohidrase, protease dan lipase, semula suasanan dalam vakuola makanan bersifat asam tetapi bila proses pencernaan telah berlangsung akan berubah menjadi basa. Sambil mencernakan partikel makanan vakuola makanan akan mengadakan sklosis dalam rangka mengedarkan sari – sari makanan di dalam sel Choanacyt itu sendiri. Selanjutnya partikel makanan tersebut dari sel choanacyt dipindahkan ke sel – sel amoebocyt yang berpangkalan di dekat sel leher. Oleh sel – sel amoebocyt itu partikel – partikel makanan akan disebarkan keseluruhh tubuh . partikel makanan yang belum mengalami proses pencernaan secara tuntas ketka masih di dalam vakuola makanan sel leher, di dalam sel amoebocyt ini proses pencernaan akan diselesaikan . dengan begitu proses pencernaan parikel makanan seluruhnya berlangsung secara intracelulair. Sifat dari sel amoebocyt adalah mobil, artinya senantiasa mengembara didalam daerah mesoglea atau mesenchym. Proses pengedaran sari – sari makanan itu dapat berlangsung secara difusi ataupun osmosis dari sel ke sel yang lain. Dalam hal ini proses osmosis tidak merupakan proses yang sukar disebabkan letak sel satu dengan yang lainnya saling berdekatan dengan sel Choanocyt. Zat – zat makanan yang tidak dapat dicernakan baik oleh sel leher maupun sel amoebocyt akan ditolak keluar yang selanjutnya diikutkan aliran air di bawah kluar melalui osculum.
Sebetulnya Porifera tidak mempunyai alat atau organ perapasan khusus, walaupun demikian mereka dalam hal pernapasan bersifat aerobic. Dalam hal ini yang bertugas menangkap oksigen yang terlarut didalam air medianya bila dijajarkan di luar adalah sel – sel epidermis (sel – sel pinacocyt), sedangkan pada jajaran dalam yang bertugas adalah sel – sel choanocyt. Selanjutnya oksigen yang telah ditangkap oleh kedua jenis sel tersebut diedarkan ke seluruh penjuru tubuh oleh sel – sel amoebocyt, berhubung porifera bersifat sesil artinya tidak mengadakan perpindahan tempat sedangkan hidupnya sepenuhnya tergantung akan kaya tidaknya kandungan material ( oksigen partikel makanan ) dari air yang merupakan medianya, maka ketika porifera masih dalam fase larva yang sanggup mengadakan pergerakan yaitu berenang – renang mengembara kian kemari dengan bulu – bulu getarnya ia akan memilih tempat strategis dalam arti yang kaya akan kandungan material yang dibutuhkan untuk kepentingan hidupnya. bila air yang merupakan media hidupnya itu mengalami penyusutan kandungan akan oksigen, maka hal ini akan mempengaruhi kehidupan porifera yang bersangkutan , artinya tubuhnya juga akan mengalami penyusutan sehingga menjadi kecil dan bila kekurangan jatah oksigen sampai melampaui batas toleransinya maka porifera akan mati.
Dalam hal ini Porifera juga belum mempunyai alat khusus yang digunakan untuk mengeluarkan zat – zat sampah yang merupakan sisa metabolisme. Dalam penelitian ternyata zat – zat sampah yang berupa butir – butir itu dikeluarkan dari daerah internal tubuhnya oleh sel – sel amoebocyt.
Porifera berkembang biak secara seksual maupun secara aseksual. Perkembangbiakan secara aseksual dilakukan dengan mmbentuk uncup. Kuncup itu setelah mengalami pertumbuhan ada yang masih tetap melekat pada tubuh induk, sehingga membentuk semacam koloni ataupun rumpun, tetapi ada juga yang memisahkan diri dengan induk. Perkembang biakan secara seksual belum dilakukan dengan alat kelamin khusus. Baik ovum maupun spermatozoidnya berkembang dari sel amoebocyt khusus yang disebut archeocyt. Sel archeocyt ini ditemukan di dalam daerah mesoglea. Terdapat jenis porifera yang bersifat monocious ( hermaprodit) ada yang bersifat diocius ( terpisah ). Bagi yang bersifat hermaphrodit perkawinannya dilakukan secara perkawinan silang, artinya ovum dari porifera yang satu dibuahi oleh spermatozoid Porifera lain. Ovum sebelum dan sesudah dibuahi oleh speermatozid masih tetap tinggal didalam tubuh induknya, yaitu di dalam daerah mesoglea atau mesenchym. Setelah terjadi pembuahan , maka zigot akan mengadakan proses pembelahan berulang kali membentuk larva yang berambut getar yang disebut amphibllastula, dan amphiblastula ini kemudian akan keluar dari dalam tubuh induknya melalui osculum. Setelah amphiblastula ini tiba di lingkungan eksternal dengan rambut getarnya ia akan dapat menjamin kebutuhan hidupnya ( kaya akan kandungan oksigen dan kaya akan zat – zat makanan yang diperlukan ). Bila telah menemukan tempat yang sesuai kemudian melekatkan diri pada suatu objek tertentu dan selanjutnya tubuh porifera menjadi baru. Pembentukan butir benih atau gemmulae, ini juga merupakan cara perkembang biakan , terutama dilakukan oleh porifera air tawar. Butir gemmulae sangat tahan terhadap kondisi alam sekitar yang buruk, misalnya habitat yang menjadi kering, kandungan oksigen pada air yang menjadi medianya makin kurang dan lain – lainnya. Bila kolam dimana porifera itu hidup menjadi keering dalam jangka waktu yang lama , akan menyebabkan kematian porifera yang bersangkutan. Walaupun poriferanya telah mati namun butir – butir gemmulae yang ada di dalamnya akan tersebar keluar dari dalam tubuh induknya. Pada kondisi alam sekitarnya yang telah menjadi normal kembali maka sel – sel archeocyt yang merupakan inti butir gemmulae itu akan keluar dari dalam kista dan tumbuh menjadi porifera baru.
Porifera dapat dikelompokkan berdasarkan tipe saluran air maupun jenis zat penyusu rangka tubuh.
a. Tipe saluran air
1) Tipe Askon : sistem saluran air yang paling sederhana, secara berurutan terdiri atas ostia, spongiosel, dan oskulum. Contohnya: Leucosolenia dan Clatharina blanca.
2) Tipe Sikon : saluran airnya meliputi ostia, saluran radial yang tidak bercabang, spongiosel, dan oskulum. Contohnya : Pheronema sp., Schypa, dan Sycon gelatinosum.
3) Tipe Leukon (ragon) : tipe terumit. Salurannya terdiri atas ostia, saluran radial yang bercabang-cabang, spongiosel, dan oskulum. Contohnya: Euspongia officinalis dan Euspongia mollissima.
b. Jenis Zat Penyusun Rangka Tubuh
1) Kalkarea : tubuhnya tersususn dari zat kalsium karbonat (kapur), memiliki ukuran tubuh kecil, dan hidup di laut dangkal. Contohnya : Klathrina blanca dan Sycon gelatinosum.
2) Heksaktinelida : memiliki rangka tubuh dari zat silikat. Contohnya : Pheronema sp.
3) Demospongiae : ada yang tidak mempunyai rangka atau mempunyai rangka dari serabut spongin (zat tanduk), dan ada juga yang tersusun dari serabut spongin dan zat silikat. Contohya: Euspongia officinalis, Euspongia mollisima, dan Spongila carteri (rangka dari spongin), Poterion dan Oscarella sp. (tanpa rangka tubuh), serta Corticium candelabrum (rangka dari spongin dan silikat).
Berikut ciri – ciri Porifera
Ciri-ciri morfologinya antaralain:
1. tubuhnya berpori (ostium)
2. tubuh porifera asimetri (tidak beraturan), meskipun ada yang simetri radial.
3. berbentuk seperti tabung, vas bunga, mangkuk, atau tumbuhan
1. tubuhnya berpori (ostium)
2. tubuh porifera asimetri (tidak beraturan), meskipun ada yang simetri radial.
3. berbentuk seperti tabung, vas bunga, mangkuk, atau tumbuhan
Ciri-ciri anatominya antara lain:
1. memiliki tiga tipe saluran air, yaitu askonoid, sikonoid, dan leukonoid
2. pencernaan secara intraseluler di dalam koanosit dan amoebosit
Peranan Porifera
Rangka tubuh porifera mempunyai nilai ekonomi yang tinggi, karena dapat dimanfaatkan sebagai alat pembersih (penggosok) alami ataupun sebagai pengisi jok (tempat duduk) kendaraan bermotor.
Euspongia oficinalis merupakan spons yang biasa digunakan untuk mencuci, sedangkan Euspongia mollisima biasa digunakan sebagai alat pembersih toilet yang harganya mahal. Beberapa jenis Porifera seperti Spongia dan Hippospongia dapat digunakan sebagai spons mandi.
Spons menghasilkan senyawa bioaktif yang berfungsi sebagai pertahanan diri. Senyawa tersebut ternyata berpotensi sebagai bahan obat-obatan. Spesies Petrosia contegnatta mengahsilkan senyawa bioaktif yang berkhasiat sebagai obat anti kanker, sedangkan obat anti-asma diambil dari Cymbacela. Spons Luffariella variabilis menghasilkan senyawa bastadin, asam okadaik, dan monoalid yang bernilai jual sangat tinggi.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Porifera adalah hewan yang memiliki banyak lubang – lubang kecil atau biasa disebut pori – pori, tidak memiliki bagian tubuh yang dapat digerakkan, Hewan yang dikenal sebagai hewan spons ini merupakan organisme multiselular. Bentuk tubuh dan warnanya beragam, misalnya, mirip tumbuhan, bulat, pipih, dan ada yang mirip vas bunga, sedangkan warna tubuhny ada yang jingga, biru, hitam, ungu, kuning, dan merah.
2. Ciri-ciri morfologinya antara lain:
1. tubuhnya berpori (ostium)
2. tubuh porifera asimetri (tidak beraturan), meskipun ada yang simetri radial.
3. berbentuk seperti tabung, vas bunga, mangkuk, atau tumbuhan
Ciri-ciri anatominya antara lain:
1. memiliki tiga tipe saluran air, yaitu askonoid, sikonoid, dan leukonoid
2. pencernaan secara intraseluler di dalam koanosit dan amoebosit
1. tubuhnya berpori (ostium)
2. tubuh porifera asimetri (tidak beraturan), meskipun ada yang simetri radial.
3. berbentuk seperti tabung, vas bunga, mangkuk, atau tumbuhan
Ciri-ciri anatominya antara lain:
1. memiliki tiga tipe saluran air, yaitu askonoid, sikonoid, dan leukonoid
2. pencernaan secara intraseluler di dalam koanosit dan amoebosit
Porifera hidup secara heterotrof. Makanan porifera antara lain diatom, protozoa kecil, bakteri dan partikel organik yang mengendap dari permukaan air. Makanan tersebut dicerna secara intraseluler di dalam vakuola.
Spons memperoleh makananya dengan cara menyaring partikel-pertikel makanan yang terbawa arus melewati tubuhnya. Makanan diperoleh dengan cara mengalirkan air melalui ostia (ostium) ke dalam spongiosel. Air digerakkan oleh flagelata yang terdapat pada koanosit. Selanjutnya, air dialirkan ke dalam vakuola yang terdapat di pangkal koanosit untuk dicerna. Bahan makanan yanga sudah dicerna akan diedarkan ke seluruh bagian tubuh oleh sel amebosit. Sisa hasil pencernaan dikeluarkan ke spongiosel dan dibuang keluar tubuh memalui ostium.
3. KLASIFIKASI PORIFERA
Kelas Calcarea
a. Rangkanya berspikula kapur
b. Koanositnya besar
c. Biasanya hidup di laut dangkal
Contoh-contoh dari kelas ini adalah Scypha, Leucosolenia, Cerantia, Ceranthrina, dan Sycon gelatinosum
Kelas Hexactinellida
a. Rangkanya berspikula kersik
b. Kebanyakan hidup di laut dalam
Contoh-contohnya : Euplectella, Hyalonema, Pheronema
Kelas Demospongia
a. Umumnya tidak berangka, yang berangka rangkanya terdiri dari zat kersik atau spongin
atau campuran keduanya.
b. Hewan ini dimanfaatkan sebagai bahan industry spon
c. Ada species yang tidak dapat bergerak
d. Hidup di laut dangkal Contoh-contohnya : Euspongia mollisima, Hypospongia equine, Haliclona, spongilla corteri
4. 1. Keuntungan
Rangka tubuh porifera mempunyai nilai ekonomi yang tinggi, karena dapat dimanfaatkan sebagai alat pembersih (penggosok) alami ataupun sebagai pengisi jok (tempat duduk) kendaraan bermotor.
Euspongia oficinalis merupakan spons yang biasa digunakan untuk mencuci, sedangkan Euspongia mollisima biasa digunakan sebagai alat pembersih toilet yang harganya mahal. Beberapa jenis Porifera seperti Spongia dan Hippospongia dapat digunakan sebagai spons mandi.
Spons menghasilkan senyawa bioaktif yang berfungsi sebagai pertahanan diri. Senyawa tersebut ternyata berpotensi sebagai bahan obat-obatan. Spesies Petrosia contegnatta mengahsilkan senyawa bioaktif yang berkhasiat sebagai obat anti kanker, sedangkan obat anti-asma diambil dari Cymbacela. Spons Luffariella variabilis menghasilkan senyawa bastadin, asam okadaik, dan monoalid yang bernilai jual sangat tinggi.
2. Kerugian
Secara umum kerugian porifera terhadap manusia sangat kecil, mungkin salah satu contoh kerugian yang ditimbulkan porifera karena dapat hidup melekat pada kulit tiram sehingga menurunkan kualitas tiram di peternakan tiram.
mantap,,
BalasHapus