1. Pengertian
Amphibia adalah
vertebrata yang secara tipikal dapat hidup baik dalam air tawar (tak ada yang di air laut) dan di darat.
Sebagian besar mengalami metamorfosis dari berudu (akuatis dan bernapas dengan
insang) ke dewasa (ampfibius dan bernapas dengan paru-paru),namun beberapa jenis amfhibia tetap mempunyai insang
selama hidupnya. Jenis-jenis yang sekarang ada tidak mempunyai sisik luar,
kulit biasanya tipis dan basah.[1]
2. Ciri Khusus
Amphibi merupakan
perintis vertebrata daratan. Paru-paru dan tulang anggota tubuh, yang mereka
warisi dari moyang krosopterigia, memberikan sarana untuk lokomosi dan bernapas
di udara. Atrium kedua dalam jantung memungkinkan darah yang mengandung oksigen
langsung kembali ke dalamnya untuk dipompa ke seluruh badan dengan tekanan yang
penuh. Sementara percampuran darah yang mengandung oksigen dengan darah yang
kurang mengandung oksigen terjadi dalam vertikel tunggal, jantung yang beruang
tiga itu agaknya memberikan peningkatan yang berarti dalam efisiensi peredaran
dan dengan demikian meningkatkan kemampuan untuk mengatasi lingkungan daratan
yang keras dan lebih banyak berubah-ubah.[1]
Ada 3 bangsa dalam
kelas amphibian, yaitu Ordo Caudata
(Urodela), adalah amphibia yang pada bentuk dewasa mempunyai ekor. Tubuhnya
berbentuk seperti bengkarung (kadal).
Beberapa jenis yang dewasa tetap mempunyai insang, sedang jenis-jenis lain
insangnya hilang, Ordo Salienta (Anura),
pandai melompat, pada hewan dewasa tidak ada ekor. Hewan dewasa bernapas dengan
paru-paru. Kaki dan skeleton sabuk tumbuh baik. Fertilisasi eksternal. Ordo Apoda (Gymnophiana), tengkorak
kompak, banyak vertebrae, rusuk panjang, kulit lunak dan menghasilkan cairan
yang merangsang. Antara mata dan hidung ada tentakel yang dapat ditonjolkan keluar.[2]
Dalam mempelajari ciri-ciri amphibian,
dibedakan atas kepala, badan dan anggota gerak. Kepala berbentuk segitiga ,
dengan moncong yang tumpul, celah mulut lebar, bentuknya lebih kurang seperti
bulan sabit. Rahang bawah tidak bergerigi, rahang atas bergerigi atau tidak.
Pada umumnya vomer bergigi, kedudukan vomer terhadap nares posterior sangat
penting untuk diidentifikasi. Di dalam mulut terdapat lidah yang melekat pada
dasar bawah bagian anterior. Lubang hidung satu pasang terletak dekat ujung
moncong mata besar dan mata atas yang tebal berdaging dan kelopak mata bawah
yang lebih tipis. Di sebelah ventro caudal mata terdapat selaput pendengar yang
lebar dan jelas dapat pula tertutup kulit sehingga bentuknya tidak jelas yang
disebut membran tympanum.[3]
Pada badan bufo,
badannya bulat, pada rana lebih langsing, pada bufo punggung hampir rata, tanpa
penonjolan, pada rana ada penonjolan pada tempat pesendian antara columna
vetebralis dengan gelang panggul. Pada ujung posterior terdapat lubang kloaka.
Untuk anggota gerak tungkai depan lebih pendek, dibedakan atas humerus, radio,
ulna, karpus dan dilengkapi dengan 4 buah jari. tungkai belakang lebih panjang.
Diantara jari-jari pada umumnya terdapat selaput tipis yang ukuran lebarnya
tergantung dari jenisnya. Pada sisi ventral jari-jari kadang-kadang dilengkapi
dengan tuberculum suarticulare. Pada metatarsa luaratutau tuberculum metatarsal
dalam.[4]
Kodok dan katak
mengawali hidupnya sebagai telur yang diletakkan induknya di air, di sarang busa, atau di
tempat-tempat basah lainnya. Beberapa jenis kodok pegunungan
menyimpan telurnya di antara lumut-lumut yang basah di pepohonan. Sementara jenis kodok hutan yang lain
menitipkan telurnya di punggung kodok jantan yang lembab, yang akan selalu
menjaga dan membawanya hingga menetas bahkan hingga menjadi kodok kecil. Sekali
bertelur katak bisa menghasilkan 5000-20000 telur, tergantung dari kualitas
induk dan berlangsung sebanyak tiga kali dalam setahun. Telur-telur kodok dan
katak menetas menjadi berudu
atau kecebong
yang bertubuh mirip ikan
gendut, bernafas dengan insang dan selama beberapa lama hidup di air. Perlahan-lahan
akan tumbuh kaki belakang, yang kemudian diikuti dengan tumbuhnya kaki depan,
menghilangnya ekor dan bergantinya insang dengan paru-paru.
Setelah masanya, berudu ini akan melompat ke darat sebagai kodok atau katak
kecil. Kodok dan katak kawin pada waktu-waktu tertentu, misalnya pada saat bulan
mati atau pada ketika menjelang hujan. Pada saat itu kodok-kodok jantan akan
berbunyi-bunyi untuk memanggil betinanya, dari tepian atau tengah perairan. Beberapa
jenisnya, seperti kodok tegalan (Fejervarya limnocharis) dan kintel
lekat alias belentung (Kaloula baleata), kerap membentuk ‘grup
nyanyi’, di mana beberapa hewan jantan berkumpul berdekatan dan berbunyi bersahut-sahutan.
Suara keras kodok dihasilkan oleh kantung suara yang terletak
di sekitar lehernya, yang akan menggembung besar manakala digunakan.[5]
Banyak amphibia
memperlihatkan prilaku sosial yang kompleks dan beraneka ragam, khususnya
selama musim kawin. Katak umumnya merupakan makhluk yang diam, tetapi banyak
spesies mengeluarkan suara-suaru untuk memanggil pasangan kawin selama musim
kawin. Jantan bias bersuara keras untuk mempertahankan daerah kawin atau
menarik betina.[6]
Keadaan kulit pada
amphibian dapat kasar berbintil-bintil dan kering, dapat pula licin dan lembab.
Tidak dijumpai adanya sisik, kadang-kadang kulit membentuk lipatan-lipatan
tertentu baik pada badan atau pada tungkai. Warna kulit Rana ditentukan oleh adanya kronmathophora pada kelenjar kulit.
Kromathophora yang mengandung pigmen hitam dan cokelat disebut melanophora
sedangkan lipophora mengandung pigmen merah, kuning dan orange.[7]
Amphibia merupakan
tetrapoda atau vetebrata darat yang
paling rendah. Amphibia. Tidak diragukan
lagi berasal dari satu nenek moyang
dengan ikan; mungkin hal itu terjadi pada zaman devon. Transisi
dari air ke
darat tampak pada, modifikasi tubuh untuk berjalan di darat, disamping masih
memiliki
kemampuan berenang di air, tumbuhnya kaki, sebagai pengganti beberapa
pasang sirip, merubah
kulit hingga memungkinkan menghadapi suasana udara,
pengganti insang oleh paru-paru.
[1]Kimball, J.W. Biologi Edisi 5 Jilid 3. (Jakarta:
Erlangga). h. 931.
[2]Ibid.
[3]Tim Dosen. Penuntun Praktikum Taksonomi Vertebrata. ( Makassar : UIN Press ).
h. 17.
[4]Schaums. Tss Biologi Ed.
2.(Jakarta: Erlangga).h. 243.
[5] Kodok dan katak. http://wikipedia.com. (Tanggal 14 Desember 2011).
[6]Campbell.Neil A. Biologi
edisi kelima jilid 2. (Jakarta: Erlangga). h, 262.
[7]Tim Dosen. op. cit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar