Pengalaman menjadi mahasiswa banyak menjadi pelajaran tentang betapa pentingnya sebuah kesadaran menjadi pribadi yang aktif. fenomena yang ingin saya coba kaji adalah kegiatan perkuliahan. Dalam kegiatan perkuliahan kebanyakan dosen menggunakan metode diskusi saat memberikan kuliah, dengan metode ini diharapkan mahasiswa dapat mengembangkan materi baik itu dengan mencari sendiri referensi materi, kemudian berdiskusi dengan teman kelompoknya sebelum membawakan persentase, metode ini menurut saya baik karena memang mahasiswa dituntut untuk bisa mencari dan mengkaji sendiri materi yang dipelajari. Selain itu mereka juga dapat belajar retorika yang baik dan kerjasama antarkelompok,
Hanya yang menjadi kelemahan mahasiwa sekarang dengan metode ini masih kurangnya kemauan untuk lebih mendalami materi yang akan dibawakan, kerjasama antarkelompok masih sangat kurang, sehingga pada saat diskusi berlangsung hanya sedikit yang aktif, kebanyakan hanya jadi penonton, suasana diskusi tidak semangat dan tidak kondusif, ditambah lagi back up dosen dalam proses diskusi tidak ada, pembagian tugas dalam kelompok diskusi tidak jelas, dosen yang kurang semangat mengajar, tidak mau menerima kemampuan individu mahasiswa sehingga menyamaratakan semua kemampuan mahasiswanya, kemudian kurang kreatif dan tegas dalam mengajar, maka metode kuliah seperti ini tdk tercapai tujuannya. Disinilah sebenarnya mahasiswa dituntut untuk aktif dan eksis, serta interaktif dalam kelas pada proses diskusi.
Berbicara tentang mahasiswa yang aktif dan pasif sudah menjadi hal biasa dan jelas terang terlihat dikampus mana mahasiswa aktif dan mahasiswa yang pasif baik itu di bidang akademik dan lingkungan sosial, mahasiswa yang pasif adalah mereka yang tidak akan mendapatkan informasi atas materi yang diterimanya secara komprehensif, relasi tentang masa depan dan pengalaman serta skill yang didapatkan akan minim. Beda halnya dengan mahasiswa yang sadar akan tanggung jawabnya, menuntu ilmu di kampus merupakan bekal bagi mereka, senantiasa aktif dan sibuk untuk pengembangan dirinya, aktif dikelas, mencari dan bertanya kepada dosen tentang mata kuliah.
Selain aktif diakademik mahasiswa juga dituntut untuk aktif dalam kegiatan yang ada dikampus, seperti seminar, workshop, dialog keagamaan serta kompetisi. Mereka juga dapat mengembangkan keterampilan dan bakatnya dalam unit kegiatan mahasiswa, padahal hal tersebut merupakan bekal dan jembatan bagi mahasiswa untuk menjadi mahasiwa yang sebenarnya. Kita melihat fenomena yang terjadi sekarang, prilaku hedonisme, hura-hura, suka pesta, shoping, serta acuh terhadap lingkungan sosial sudah menjadi budaya yang sebenarnya mereka tidak sadari secara langsung akan merubah pola pemikiran serta prilaku mereka.
Di sisi lain mereka sudah jauh dari kajian keagamaan dan pelajaran tentang etika kemanusiaan, penulis menyinggung tentang kedua hal ini berdasarkan pengalaman menjadi mahasiswa di kampus yang berlatar belakang islam, banyak mahasiwa yang secara notabene adalah mahasiwa islam, tapi label-label islam tidak terpasang dan melekat dalam dirinya, mereka harus sadar bahwa mereka mahasiswa islam terus berusaha mengintegrasikan ilmu yang didapatkan dan terpenting selalu tercermin dalam prilakunya setiap hari. Salah contoh adalah aksi-aksi anarkisme dikampus, perkelahian dan aksi demonstrasi yang anarkis. Dan yang paling miris adalah mereka mengatas namakan organisasi islam, pertanyaan besar yang sebenarnya dapat muncul dimana nilai-nilai islam dalam keaktifan teman-teman mahasiswa dengan cara anarkis.
Kawan sekarang sudah bukan lagi jamannya seperti itu, mari menjadi mahasiswa aktif sesuai dengan etika, menjadi mahasiwa yang sadar akan tanggung jawab terhadap diri, orang tua dan masyarakat.
Hanya yang menjadi kelemahan mahasiwa sekarang dengan metode ini masih kurangnya kemauan untuk lebih mendalami materi yang akan dibawakan, kerjasama antarkelompok masih sangat kurang, sehingga pada saat diskusi berlangsung hanya sedikit yang aktif, kebanyakan hanya jadi penonton, suasana diskusi tidak semangat dan tidak kondusif, ditambah lagi back up dosen dalam proses diskusi tidak ada, pembagian tugas dalam kelompok diskusi tidak jelas, dosen yang kurang semangat mengajar, tidak mau menerima kemampuan individu mahasiswa sehingga menyamaratakan semua kemampuan mahasiswanya, kemudian kurang kreatif dan tegas dalam mengajar, maka metode kuliah seperti ini tdk tercapai tujuannya. Disinilah sebenarnya mahasiswa dituntut untuk aktif dan eksis, serta interaktif dalam kelas pada proses diskusi.
Berbicara tentang mahasiswa yang aktif dan pasif sudah menjadi hal biasa dan jelas terang terlihat dikampus mana mahasiswa aktif dan mahasiswa yang pasif baik itu di bidang akademik dan lingkungan sosial, mahasiswa yang pasif adalah mereka yang tidak akan mendapatkan informasi atas materi yang diterimanya secara komprehensif, relasi tentang masa depan dan pengalaman serta skill yang didapatkan akan minim. Beda halnya dengan mahasiswa yang sadar akan tanggung jawabnya, menuntu ilmu di kampus merupakan bekal bagi mereka, senantiasa aktif dan sibuk untuk pengembangan dirinya, aktif dikelas, mencari dan bertanya kepada dosen tentang mata kuliah.
Selain aktif diakademik mahasiswa juga dituntut untuk aktif dalam kegiatan yang ada dikampus, seperti seminar, workshop, dialog keagamaan serta kompetisi. Mereka juga dapat mengembangkan keterampilan dan bakatnya dalam unit kegiatan mahasiswa, padahal hal tersebut merupakan bekal dan jembatan bagi mahasiswa untuk menjadi mahasiwa yang sebenarnya. Kita melihat fenomena yang terjadi sekarang, prilaku hedonisme, hura-hura, suka pesta, shoping, serta acuh terhadap lingkungan sosial sudah menjadi budaya yang sebenarnya mereka tidak sadari secara langsung akan merubah pola pemikiran serta prilaku mereka.
Di sisi lain mereka sudah jauh dari kajian keagamaan dan pelajaran tentang etika kemanusiaan, penulis menyinggung tentang kedua hal ini berdasarkan pengalaman menjadi mahasiswa di kampus yang berlatar belakang islam, banyak mahasiwa yang secara notabene adalah mahasiwa islam, tapi label-label islam tidak terpasang dan melekat dalam dirinya, mereka harus sadar bahwa mereka mahasiswa islam terus berusaha mengintegrasikan ilmu yang didapatkan dan terpenting selalu tercermin dalam prilakunya setiap hari. Salah contoh adalah aksi-aksi anarkisme dikampus, perkelahian dan aksi demonstrasi yang anarkis. Dan yang paling miris adalah mereka mengatas namakan organisasi islam, pertanyaan besar yang sebenarnya dapat muncul dimana nilai-nilai islam dalam keaktifan teman-teman mahasiswa dengan cara anarkis.
Kawan sekarang sudah bukan lagi jamannya seperti itu, mari menjadi mahasiswa aktif sesuai dengan etika, menjadi mahasiwa yang sadar akan tanggung jawab terhadap diri, orang tua dan masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar