Memang betul kata orang, tidak semua orang bisa menulis dan menuangkan pikirannya dengan baik, mungkin salah satunya adalah saya sendiri, kemampuanku sangat terbatas dalam dunia reader atau tulis menulis, banyak juga orang mengatakan menulis itu gelisah, tapi bagi saya menulis itu pasrah, teringat perkataan dari kang pepih nugraha"tulis apa yang kamu lihat dan apa yang kamu rasakan" atas dasar itulah saya kembali mencoba menulis sebuah motivasi untuk diri saya sendiri untuk senantiasa menulis meskipun dengan kemampuan yang terbatas. Mudah-mudahan setelah ini, tulisan dalam blog saya bisa seperti tulisan teman-teman yang lain.
Beberapa pengalaman-pengalaman menarik bagi saya yang akan saya tuangkan, bagi saya memiliki pelajaran yang berharga untuk diri saya. Dari hasil pembicaraan lepas saya dengan salah satu senior saya beberapa malam yang lalu kebetulan saya dan beberapa rekan pengurus himpunan berkumpul di rumah ketua untuk mempersiapkan kegiatan kuliah umum besok dalam rangka penyambutan Mahasiswa Baru khususnya jurusan kami Biologi, yang bagi saya ini dia orang yang sangat kritis, unik dan keras. beliau mengatakan seperti ini "kok dalam hidup ku ini seperti ada yang hilang yah? metamorfosis keseharianku seakan cuman itu yang berputar lagi," gmana menurutmu?" yah ku jawab "maksudnya kak?"kemudian dia mengatakan "yah rona-rona kehidupan saya rasakan biasa-biasa saja, bangun pagi, mandi, ke kampus, malam, kemudian kembali lagi, hingga saya teringat sebuah film, dimana beberapa orang yang tangannya digembok kemudian dikelilingi bom yang akan segera meledak, kemudian kunci gemboknya itu berada di dalam tenggorokan mereka, yang selamat dari situasi ini mereka sangat bersukur akan kehidupan yang mereka rasakan.
Apa makna singkat dari pembicaraan ini, saya tidak mau kehidupan saya hari ini sama saja dengan hari kemarin, setiap detik,menit,jam,dan hari, kita harus melakukan sesuatu yang berbeda dan baru, temukan sesuatu yang berbeda dari hari-harimu, karena bisa jadi dari sesuatu yang berbeda itu, akan menjadikan dirimu lebih baik yang tentunya ke arah positif. Di hari berikutnya kebetulan saya sering berkumpul bersama teman-teman racana di sanggar pramuka, kebetulan saya adalah anggota baru di pramuka UIN Alauddin Makassar, sebenarnya saya juga tidak tahu, apa yang membuat diri saya senang untuk berada disana, sudah banyak nyamuk, mau belajar susah karena ribut, tapi dengan berkumpul bersama semuanya terasa nyaman. salah satu teman bercerita Tentang seorang majikan yang bertanya kepada pembantunya "wei knpa cepat sekali habis itu tusuk gigi?"tanya majikan,"tidak tau juga iya pak, anak ta' pak, kalau sudah na pake nabuangmi jadi cepa habis, kalau saya tidak kalau sudah ku pake ku taro kembali".jawab pembantu". Saya sempatkan diriku untuk tertawa karena memang tedengar lucu cerita ini, kemudian mencoba memaknai cerita ini, tusuk gigi saja bisa di irit, berarti yang lain juga bisa, saya sadar hidupku hingga ini sangat boros, yang hanya bisa meminta dan terus meminta kepada orang tua, hingga saat ini belum bisa membuktikan apa-apa untuk mereka.
Menjadi panitia penyambutan mahasiswa baru ditingkat Fakultas merupakan impian saya dari dulu, hingga saya memegang jabatan di Himpunan sekarang, beberapa perwakilan dari himpunan, hingga kepanitiaan sudah dibentuk, mahasiswa baru pun sudah mulai mengambil formulir dengan total pembayaran 20rb, tentunya mahasiswa baru ini harus mengenakan atribut-atribut yang telah ditentukan,memakai baju merah dan celana atau rok hitam jilbab merah bagi wanita, kopiah bagi laki-laki. membawa tas dari karung goni,dll. opak berlangsung selama 2 hari, dengan beberapa materi-materi dan motivasi-motivasi dari para dosen dan senior-senior, proses opak ini berlangsung dengan lancar,tapi ada beberapa dari sedikit kelakuan oknum-oknum panitia yang sangat tidak patut di contoh. belajar dari kegiatan opak ini, saya berusaha dan akan selalu berusaha menjadi contoh yang baik untuk orang lain khususnya adik-adik junior, dan yang lebih penting menjadikan diri kita berguna bagi orang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar