Jumat, 10 Februari 2012

Laporan Praktikum Chondrichthyes


LAPORAN  PRAKTIKUM ZOOLOGI INVETEBRATA
CHONDRICHTHYES




Di Susun Oleh :

Nama                    : Muhammad Aqsha
Nim                      : 60300110031
Kelompok             :  I  ( satu )
Jurusan                 : Biologi  (B1)

LABORATORIUM  BIOLOGI
FAKULTAS  SAINS DAN  TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEREGI ALAUDDIN
MAKASSAR  2O11


BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Selama akhir masa silur dan awal masa Devon, vertebrata dengan rahang, anggota (super klas Gnathostomata (“mulut berahang”) menggantikan sebagian besar hewan agnatha. Kelas ikan yang masih hidup  (Chondrchthyes dan Oesteichthyes) pertama kali muncul pada masa ini, bersama–besama dengan suatu kelompok yang diberi nama plakoderma (placoderma) “berkulit lempeng”) yang tidak memiliki keturunan yang hidup. Vertebrata berahang juga memiliki dua pasang anggota badan berpasangan, sementara hewan agnatha tidak memiliki anggota badan yang berpasangan atau hanya memiliki sepasang.[1]
            Ikan – ikan dengan mulut ventral, disokong oleh rahang . Skeleton dari tulang rawan. Kulit tertutup dengan sisik – sisik plakoid. Ada dua pasang sirip, dan sirip kaudal  kebanyakan heteroserkal (lobus lebihh besar). Ruang hidung berpasangan. Faring dengan 5-7 celah insang. Sebagian notokorda diganti oleh vertebrata yang lengkap. Otak terbagi 5 dengan 10 saraf cranial. Pada ikan dewasa terdapat katup-katup spiral. Kelamin terpisah, fertilisasi eksternal atau internal. [2]

B.  Tujuan
1.      Mengamati struktur morfologi dan anatomi ikan hiu (Carcharias menissorah ) 
2.      Mengamati struktur morfologi dan anatomi  ikan Pari (Trygon sephen ).



[1] Kimball, Biologi vol.3 ed.5. (Jakarta: Erlangga, 1999). h. 3.
[2] Djarubito,  Zoologi Dasar, (Jakarta: Erlangga, 1989). h. 185.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Ikan – ikan  yang paling awal adalah hiu yang tidak jauh berbeda dengan hiu masa kini memperoleh namanya dari fakta bahwa kerangkanya terdiri  atas tulang rawan bukan tulang keras. Seperti halnya plakodermi, ikan hiu mempunyai rahang. “Tulang” rahang berkembang dari kedua pasang pertama lengkung insang. Patut dicatat bahwa dalam hal ini, sepasang celah insang tidak dperlukan lagi Akan tetapi, lupang ini masih terdapat pada beberapa ikan masa kini dan disebut spirakel. Di samping itu, ikan pari dan belut listrik merupakan anggota kelas ini.[1]
Rahang vertebrata berkembang melalui modifikasi batang rangka yang sebelumnya menyokong celah faring (insang) anterior. Celah insang yang tersisa, yang tidak lagi diperlukan untuk memakan suspensi, tetap merupakan utama pertukaran gas dengan lingkungan eksternal. Asal mula rahang vertebrata dari bagian kerangka ini menggambarkan ciri umum perubahan evolusioner. Adaptasi baru umumnya berkembang melalui modifikasi struktur yang telah ada. Sebagai suatu mekanisme adaptasi, evolusi dibatasi oleh bahan mentah yang harus diolah. [2]

Vertebrata kelas Chondrichthyes, hiu dan kerabatnya disebut ikan bertulang rawan karena mereka memiliki endoskeleton yang relatif lentur yang terbuat dari tulang rawan bukan tulang keras. Rahang dan sirip berpasangan berkembang dengan baik pada ikan bertulang rawan. Subkelas yang paling besar dan paling beraneka ragam terdiri dari hiu dan ikan pari. Subkelas kedua terdiri atas beberapa lusin spesies ikan tidak umum yang disebut chimaera atau ratfish. Chondrichthyes memiliki kerangka bertulang rawan dan kerangka bertulang rawan yang merupakan karakteristik kelas itu berkembang setelahnya [3]
Ikan hiu dan ikan pari terbesar adalah para pemakan-suspensi yang memangsa plankton. Namun demikian sebagian besar hiu adalah karnivora yang menelan mangsanya secara utuh atau menggunakan rahang dan geliginya yang sangat tajam untuk menyobek daging dari hewan yang terlalu besar untuk ditelan sekaligus. Geligi hiu kemungkinan berkembang dari sisik yang bergerigi yang menutupi kulit kasarnya. [4]
Otak  dan organ–organ sensori dibungkus dan dilindungi oleh kondrokranium. Di bawahnya ada skeleton visceral yang terdiri dari rahang bawah dan lengkung-lengkung insang. Otot-otot diseluruh tubuh secara terartur bersegmen (metamerik) disebut mioto.  Otot-otot itu bermodifikasi di kepala dan apendiks. Rahang tertutup dengan gigi. Faring terbuka lateral ke dalam 5 pasang celah insang. Esophagus, di sebelah posterior faring, terus bersatu dengan bagian karial lambung, terus ke bagian pilorik lambung, lalu berkelok ke depan membentuk huruf U. terus ke duedonium, lalu usus yang berkatup spiral, akhirnya ke rectum dan kloaka. Celah insang yang terkhir mengandung semibranch pada dinding anterior. Celah-celah insang lainnya baik dinding anterior maupun posterior mempunyai setengah insang. Di samping itu ada sisa insang yang disebut pseudobranch pada tiap spirakulum. Pseudobranch adalah sepasang celah insang pertama dari 6 pasang insang pada waktu embrio. Air masuk melalui mulut, melewati faring, lalu keluar melewati celah-celah insang.[5]  
Pada sistem sirkulasi jantung hanya mempunyai satu atrium dorsal (aurikel) yang menerima darah dari sinus venosus, dan satu ventrikel ventral yang memompa darah ke konus arteriosus. Dari konus itu darah selanjutnya menuju aorta ventral yang lalu  bercabang-cabang menjadi 5 buah arteri branchial efferent. Kapiler-kapiler lalu bersatu membentuk aorta dorsalis, dari sini darah masuk ke dalam seluruh tubuh. Darah vena lalu kembali melalui 2 buah saluran cuvier dan masuk ke dalalm sinus venosus. Saluran cuvier itu bermuara dalam sinus venosus melalui vena cardinal anterior dan vena cardinal posterior. Fertilisasi internal ikan hiu jantan mempunyai alat kopulasi yang disebut clasper. Yang betina mempunyai 2 ovarium di dekat ujung anterior kavum abdominal. Telur yang masak melepaskan diri, menembus selaput ovarium, dan masuk ke dalam selom. Telur itu lalu ditarik masuk ke dalam ostium, terus ke oviduk menjadi uterus, hiu jantan memepunyai testis spermarozoa mencapai saluran wolf melalui vas eferen yang banyak jumlahnya.[6]
Rangkanya bertulang rawan. Notokorda, yang ada pada yang muda, lambat laun digantikan oleh tulang rawan. Chondrichthyes juga tidak punya rusuk, maka jika mereka keluar dari air, berat tubuh dari spesies besar dapat menghancurkan organ dalam mereka sendiri lama sebelum mereka lemas.Karena tidak memiliki sumsum tulang, sel darah merah diproduksi di limpa dan jaringan khusus di kelaminnya. mereka juga menghasilkan organ yang disebut Organ Leydig yang hanya ditemukan pada ikan bertulang rawan, meski beberapa tidak memilikinya. Organ unik lain adalah organ epigonal yang mungkin berperan dalam sistem kekebalan. Subkelas Holocephali, grup yang sangat terspesialisasi, tidak mempunyai kedua organ ini.Chondrichthyes terdiri dari Fosil hidup Seperti hiu.[7]
Chondrichthyes menunjukkan suatu perkembangan kemajuan bila dibandingkan dengan cyclostomata dalam hal, adanya sisik yang meliputi tubuh, terdapat sepasang pida lateralis, adanya geraham yang dapat digerakkan bersendi pada tulang cranium, memiliki gigi yang dilapisi email pada rahang, terdapat tiga bagian saluran setengah lingkaran pada alat , sepasang alat reproduksi dan saluran-salurannya.[8]




Sisik adalah bagian tubuh luar dan merupakan ciri sangat penting baik untuk ikan tulang keras maupun ikan tulang rawan. Sisik umumnya sebagai pelindung dan penutup tubuh. Berdasarkan asal, struktur dan fungsi sedemikian bervariasi sehingga sisik merupakan hal yang penting dalam klasifikasi. Kulit ikan hiu atau ikan karang terasa seperti amplas (amril) karena banyak sisik-sisik kecil yang tertanam pada kulit. Sisik ini dikenal sebagai sisik bertipeplakoid dan strukturnya sama dengan struktur gigi. Setiap sisik tersusun dari lempengan tulang di bagian basal, menuju ke atas menembus kulit kemudian mengarah ke belakang membentuk tonjolan seperti duri yang tersusun dari dentin. Seperti pada gigi, disana ada lubang pusat (pulpa), dimana terdapat banyak saluran darah.spina ditutupi oleh lapisan yang lebih keras, dipercayai terbuat dari bahan sama dengan.[9]
Jenis jari-jari  sirip dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu jari-jari keras dan lemah. Jari-jari tidak beruas-ruas, pejal (tidak berlubang) dan tidak dapat dibengkokkan. Biasanya jari-jari keras ini berupa duri ayau patil dan merupakan alat untuk mempertahankan diri bagi ikan. Jumlah jari-jari keras dinotasikan huruf romawi (I,II,II,…). Jari-jari lemas biasanya bening, seperti tulang rawan, mudah dibengkokkan dan berua-ruas. Bentuknya berbeda-beda tergantung pada jenis ikan, jari-jari lemah ini mungkin sebagian mengeras, salah satu bergerigi, bercabang atau satu sama lain berhimpitan. Jumlah jari-jari lemah dinotasikan dengan angka biasa (1,2,3,…).[10]

 Allah SWT berfirman (QS. Al Baqarah /2 : 164).

وَهُوَ الَّذِي سَخَّرَ الْبَحْرَ لِتَأْكُلُوا مِنْهُ لَحْمًا طَرِيًّا وَتَسْتَخْرِجُوا مِنْهُ حِلْيَةً تَلْبَسُونَهَا وَتَرَى الْفُلْكَ مَوَاخِرَ فِيهِ وَلِتَبْتَغُوا مِنْ فَضْلِهِ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ(14)
Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu) agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya,


[1] Kimball, Biologi vol.3 ed.5. (Jakarta: Erlangga, 1999). h. 927.
[2] Campbell,  Biologi vol. 2ed.5.  (Jakarta: Erlangga, 1999). h, 254.
[3] Ibid. h. 255.
[4] Ibid.
[5] Djarubito,  Zoologi Dasar, (Jakarta: Erlangga, 1989).h. 185.
[6] Ibid. h. 186.
[7] Chondrichthyes “Special FundraiserLanding”,  http:// Wikimedia.org. h. 1  ( Diakses tanggal 27 Oktober 2011 ).
[8] Jasin, Zoologi Dasar, (Jakarta: Sinar Wijaya, 1999).h. 42.
[9] Chondrichthyes “Makalahchondrichthyes”, http:// file://kelaschonrichtyes.htm. h. 4 
( Diakses tanggal 27 Oktober 2011 ).
[10] Tim Dosen. Penuntun Praktikum Taksonomi Vertebrata. ( Makassar : UIN Press ). h, 1.



BAB III
METODE PRAKTIKUM

A.  Alat dan Bahan
1.    Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah alat seksi, jarum pentul, loupe, dan papan seksi.
2.    Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sepasang ikan hiu  (Charcarias menissorah), ikan pari (Trygon sephen), dan kapas.

B.  Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum ini adalah sebagai berikut  :
Waktu              : Pukul 13.00 – 15.00 WITA
Tempat            : Laboratorium Zoologi lantai II
                                       Fakultas Sains dan Teknologi
                                      Universitas Islam Negeri  Alauddin Makassar        
                           Kampus 2 Samata-Gowa



C.  Prosedur Kerja
1.        Letakkan ikan yang sudah mati di atas papan seksi
2.        Amati bentuk luarnya , yang terdiri dari :
a.    Bagian kepala; disini terdapat :
1.         Mulut
2.         Celah insang
3.         Cekung hidung
4.         Mata
5.         Spirakel
b.     Bagian badan; disini terdapat :
1.      Macam-macam sirip
a.       Sirip dada (pectoral)
b.      Sirip perut (pelvic)
c.       Sirip punggung
d.      Sirip ekor
2.      Sisik, cabut dengan pinset dan amati dengan luope
3.      Kulit epidermis
4.      Anus dan clasper
3.        Pembedahan untuk melihat alat-alat dalam tubuh
a.       Buat torehan disebelah belakang anus kea rah punggung dengan scalpel sampai menyentuh menyentuh tulang belakang.
b.      Gunakan gunting untuk melakukan pemotongan mulai dari anus kea rah kepala sampai kedekat celah insang.
c.       Lanjutkan pemotongan kearah punggung lewat pangkal sirip dada sampai tertumbuk pada tulang belakang.
d.      Tahanlah dengan jarum, dan satu batas badan dan ekor, satu lagi dibatas kepala dan badan.
e.       Buka dinding badan dengan menggunakan pinset. Dinding badan sebelah bawah ditahan dengan jarum
f.       Bila saat mengangkat dinding badan setelah atas, jika ada alat-alat tumbuh yang melekat, lepaskan dengan spatula.
g.      Buka rongga perut
h.      Cari  dan amati bentuk dan letak dari alat-alat berikut :
1.      Ginjal
2.      Hati
3.      Usus
4.      Pankreas
5.      Jantung
i.        Buat gambar alat-alat tersebut secara skematis sesuai dengan letaknya, kemudian lanjutkan pengamatan sistem demi sistem.




BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.  Hasil Pengamatan
1.      Morfologi
Ikan Hiu (Carcharias menissorah)









                                                       
 Keterangan gambar :
1.      Vesus                                  7. Pina analis
2.      Pina dorsalis I                     8. Pina pelvicus
3.      Pina lateralis                       9. Pina pectoralis
4.      Pina dorsalis II                   10. Gill silt
5.      Pina caudalis                       11. Cavum oris
Ikan Pari (Trygon Sephen)
                                                                          








 Keterangan gambar :
1.      Vesus                               
2.      Spiracle                              
3.      Pina Pectoralis                   
4.      Pina Pelvic                         
5.      Clasper
6.      Pina caudalis                      



2.      Anatomi
           
                                                                                            Keterangan gambar :
1.    Ren
2.    Ureter
3.    Cloaka



                                                                                            Keterangan gambar :
1.    Aorta
2.    Arteri
3.    Attrium
4.    Ventrikel
5.    Vena





                                                                                            Keterangan gambar :
1.    Vilamen insang
2.    Insang
3.    Efferent branchialis
4.    Cill rakers


                                                                                            Keterangan gambar :
1.    Testis
2.    Vas efferensia
3.    Vas Defferens
4.    Anus







         Ikan Pari (Trygon Sephen)
                                                                                            Keterangan gambar :
1.    Cor
2.    Hepar
3.    Pankreas
4.    Ventriculum
5.    Intestinum
6.    Pectum
7.    Vesica felea

                                                                                            Keterangan gambar :
1.    Rima oris
2.    Pharink
3.    esopagus
4.    Hepar
5.    Vesica felea
6.    Pankreas
7.    Intestinum
8.    Rectum


B.  Pembahasan
1.      Pengamatan morfologi
a.       Morfologi ikan hiu (Charcarias menissorah)
Bentuk tubuh ikan hiu berbentuk torpedo yang mempunyai dua pina dorsalis, yang masing-masing sebelah posteriornya mempunyai duri, pada ventral terdapat sepasang pina pectoralis.  Pada Ikan hiu otak  dan organ–organ sensori dibungkus dan dilindungi oleh kondrokranium. Di bawahnya ada skeleton visceral yang terdiri dari rahang bawah dan lengkung-lengkung insang. Otot-otot diseluruh tubuh secara terartur bersegmen (metamerik) disebut mioto.  Otot-otot itu bermodifikasi di kepala dan apendiks. Rahang tertutup dengan gigi. Pada jantan sirip kaudal itu berubah menjadi klasper. Mulut ventral, lubang hidung dua buah , disebelah ventral kepala. Mata disebelah lateral. Celah insang 5 buah, di belakang mata. Di sebelah dorsal depan mata ada spirakulum, yaitu peninggalan celah insang. Lubang kloakadi antara sirip pelvic. Tubuh tertutup dengan sisik-sisik plakoid yang asalnya homolog dengan gigi.[1]
b.      Morfologi ikan pari (Trygon sephen)
Begitu pula dengan ikan pari dibagian bawahnya terdapat spiracle, pina pectoralis, pina caudalis, Ikan pari merupakan salah satu jenis ikan yang termasuk kelas Elasmobranchii. Ikan ini dikenal sebagai ikan batoid, yaitu sekelompok ikan bertulang rawan yang mempunyai ekor seperti cambuk. Ikan pari memiliki celah insang yang terletak disisi ventral kepala. Sirip dada ikan ini melebar menyerupai sayap, dengan sisi bagian depan bergabung dengan kepala. Bagian tubuh sangat pipih sehingga memungkinkan untuk hidup di dasar laut. Bentuk ekor seperti cambuk pada beberapa spesies dengan sebuah atau lebih duri tajam di bagian ventral dan dorsal.
Kelompok ikan sejenis pari, sirip pektoralnya sangat membesar dan menempel sepanjang tubuh mulai dari bagian belakang kepala sampai didepan sirip pelvik. Bahkan pada ikan elektrik  sirip tersebut menyatu pada ujungnya sebagai alat untuk memancarkan cahaya. Ikan pari umumnya memiliki dua sirip median dorsal yang letaknya jauh dari ekor, tetapi tidak ada pada ikan pari berduri (sting ray). Sirip anal jelas tidak ada. Meski sirip ekor tidak ditemukan pada kebanyakan ikan pari, tetapi berkembang sangat baik pada ikan pari elektrik. Bagian dalam dari sirip.[2]
2.      Anatomi
Ikan hiu ataupun ikan bertulang rawan pada umumnya, tidak ditemukan struktur yang mirip paru-paru. Sistem ekskresi ikan seperti juga vertebrata lain yang mempunyai banyak fungsi antara lain untuk regulasi kadar air tubuh, menjaga keseimbangan garam dan mengeliminasi sisa nitrogen hasil dari metabolism protein. Untuk itu berkembang tiga tipe ginjal yaitu pronefros, mesonefros dan metanefros. Pada ikan hiu fungsi duktus gonad dan ginjal telah berkembang dilengkapi dengan duktus urinaria. Ginjal ikan harus berperan besar untuk menjaga keseimbangan garam tubuh. Tidak ada perbedaan prinsip antara mata ikan dan vertebrata lain, kecuali hanya ada cara akomodasi atau adaptasi spesial akibat cara hidup. Akomodasi atau kemampuan mata untuk mengatur dengan sendirinya atau mengatur secara otomatis untuk melihat dekat atau jauh, pada ikan dilengkapi dengan gerakan lensa mata ke samping atau ke muka belakang sehingga dapat merubah jarak retina yang paling sensitif.ikan hiu yang merupakan predator, selalu memiliki jarak pandang dan selalu menggerakkan lensa matanya ke depan atau menjauhi retina untuk melihat obyek agar tampak lebih besar.[3]
Beberapa ikan hiu dan ikan pari, spina dorsal berhubungan dengan kelenjar bisa yang sangat beracun. Sebahagian besar racun itu sendiri adalah toksin berasaskan protein yang menyebabkan kesakitan pada mamalia dan bias juga mengubah kadar degupan jantung dan pernafasan. Ada beberapa ikan hiu dan ikan pari yang mempunyai organ luminesen. Bioluminesen adalah pancaran sinar oleh organisme, sebagai hasil oksidasi dari berbagai substrat dalam memproduksi enzim. Susunan substratnya disebut lusiferin dan enzim yang sangat sensitive sebagai katalisator oksidasi disebut lusiferase. Organ luminesen (organ yang mampu menghasilkan sinar) ditemukan pada beberapa ikan hiu, ikan pari berlistrik (Benthobatis moresbyi) dan beberapa ikan tulang keras khususnya yang tinggal di laut dalam. Adanya organ yang memproduksi sinar ini dapat digunakan untuk menaksir kedalaman laut, dimana ikan tersebut tinggal.[4]
3.      Sistem Reproduksi
Seks terpisah, alat kelamin jantan terdiri atas sepasang testis terdapat beberapa vasa efferensia yang menuju vasa differensia. Saluran itu terbentang sebelah bawah ginjal dan berakhir pada papil urogenitalis. Pada perkawinan sperma tertuang pada kloaka hewan beina dengan bantuan klasper, alat kelamin betina terdiri atas sebuah ovarium yang menggantung sebelah dorsal dengan satu merman. Dua buah oviduk akan menjulur sepanjang tubuh, yang masing-masing pada anterior mempunyai saluran besar di mana sel-sel telur masuk ke dalamnya. Pada bagian anterior masing-masing saluran melebar sebagai glandulae shell. Pada jenis yang ovovivipar pada bagian posterior itu mengalami perluasan menjadi “uterus” yang akan berisi hewan yang masih muda sekali. Saluran oviduk akan terbuka secara terpisah ke dalam kloaka.[5]
4.      Sistem skeleton
Otak  dan organ–organ sensori dibungkus dan dilindungi oleh kondrokranium. Di bawahnya ada skeleton visceral yang terdiri dari rahang bawah dan lengkung-lengkung insang. Vertebrae 2 macam : batang dan ekor, masing-masing dengan lengkung-lengkung neural. Hanya vertebra kaudal yang berisi lengkung-lengkung neural. Sirip-sirip disokong oleh tulang rawan, dan bagian distal diperkuat dengan jari-jari keratin. Ada sabuk-sabuk pectoral dan pelvic yang berturut-turut menyokong sirip-sirip pectoral dan pelvik.[6]
5.      Sistem Otot
Otot-otot diseluruh tubuh secara terartur bersegmen (metamerik) disebut mioto.  Otot-otot itu bermodifikasi di kepala dan apendiks. Bentuk tubuh akan bermacam ada yang berbentuk torpedo, ada juga yang berbentuk pipih bulat, dorso-ventralis, yang berbentuk torpedo mempunyai dua pina dorsalis yang masing-masing sebelah posteriornya mempunyai duri, pada ventral terdapat sepasang pina pectorailis.[7]
6.      Sistem Pencernaan
Alat pencernaan (tractus digestivus) terdiri atas cavum oris. Phariynx, oesophagus, ventriculus, intestinum, cloaca, dan anus. Di dalam cavum oris terdapat gigi pada rahang dan menghadap kea rah belakang guna menahan mangsa yang akan ditelan, lidah  (lingua) yang pipih pada dasar cavum oris. Disebelah menyebal pharyinx terdapat celah-celah insang yang masing-masing terpisah dan lubang pertama disebut spiracle. Lambung berbentuk “U” dan pada bagian posterior terdapat otot daging sphincter yang terkenal sebagai sphincter phlorus. Di dalam intestinum terdapat klep spiral yang berfungsi membantu dalam efesiensi penyerapan zat-zat makanan. Dalam hal ini menghambat jalannya bahan makanan yang lewat anus. Hepar yang terdiri atas dua bagian menempati rongga sebelah anterior dan padanya terdapat vesica felea (kantong empedu) ke dalam intestinum. Kecuali itu terdapat juga glandula pacreaticus dan kelenjar rectal yang belum diketahui dengan pasti fungsinya.[8]
7.      Sistem respirasi
Celah-celah insang lainnya baik dinding anterior maupun posterior mempunyai setengah insang. Di samping itu ada sisa insang yang disebut pseudobranch pada tiap spirakulum. Pseudobranch adalah sepasang celah insang pertama dari 6 pasang insang pada waktu embrio. Air masuk melalui mulut, melewati faring, lalu keluar melewati celah-celah insang. Dengan membuka menutup mulut ikan hiu menghalau air ke dalam mulut dan menekan ke luar dengan kekuatan (mulut menutup) melalui celah insang dan spiracle. Insang tersusun atas filament (lembaran-lembaran) yang banyak mengandung pembuluh darah kapiler. Darah dari ventral aorta akan melalui kapiler tersebut, melepaskan karbon dioksida dan mengikat oksigen yang larut dalam air, setrusnya melanjutkan ke dorsal aorta mengikuti peredaran yang telah dijelaskan.[9]
8.      Sistem Sirkulasi
Pada sistem sirkulasi jantung hanya mempunyai satu atrium dorsal (aurikel) yang menerima darah dari sinus venosus, dan satu ventrikel ventral yang memompa darah ke konus arteriosus. Dari konus itu darah selanjutnya menuju aorta ventral yang lalu  bercabang-cabang menjadi 5 buah arteri branchial efferent. Kapiler-kapiler lalu bersatu membentuk aorta dorsalis, dari sini darah masuk ke dalam seluruh tubuh. Darah vena lalu kembali melalui 2 buah saluran cuvier dan masuk ke dalalm sinus venosus. Saluran cuvier itu bermuara dalam sinus venosus melalui vena cardinal anterior dan vena cardinal posterior. Fertilisasi internal ikan hiu jantan mempunyai alat kopulasi yang disebut clasper. Yang betina mempunyai 2 ovarium di dekat ujung anterior kavum abdominal. Telur yang masak melepaskan diri, menembus selaput ovarium, dan masuk ke dalam selom. Telur itu lalu ditarik masuk ke dalam ostium, terus ke oviduk menjadi uterus, hiu jantan memepunyai testis spermarozoa mencapai saluran wolf melalui vas eferen yang banyak jumlahnya.[10]








9.      Klasifikasi
Adapun klasifikasi dari Ikan hiu (Charcarias menissorah)  adalah sebagai berikut :
 Kingdom        :           Animalia
 Filum              :           Chordata
 Ordo               :           Squaliformes
            Famili              :           Charcaridae
            Class                :           Chondrichthyes
 Genus             :           Charcarias
 Spesies            :           Charcarias menissorah.
Adapun klasifikasi dari Ikan pari (Trygon sephen)  adalah sebagai berikut :
 Kingdom        :           Animalia
 Filum              :           Chordata
 Ordo               :           Rajiformes
            Famili              :           Tryonidae
            Class                :           Chondrichthyes
 Genus             :           Trygon
 Spesies            :           Trygon sephen.





BAB V
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini adalah sebagai berikut
1. Struktur morfologi ikan hiu, terdiri  skeleton visceral yang terdiri dari rahang bawah dan lengkung-lengkung insang. Otot-otot diseluruh tubuh secara terartur bersegmen (metamerik) disebut mioto.  Otot-otot itu bermodifikasi di kepala dan apendiks. Rahang tertutup dengan gigi. Pada jantan sirip kaudal itu berubah menjadi klasper. Mulut ventral, lubang hidung dua buah , disebelah ventral kepala. Mata disebelah lateral. Celah insang 5 buah, di belakang mata. Di sebelah dorsal depan mata ada spirakulum, yaitu peninggalan celah insang. Lubang kloakadi antara sirip pelvic. Tubuh tertutup dengan sisik-sisik plakoid Pada bagian anatomi terdapat system pernapasan, system sirkulasi, system pencernaan, system otot, system reproduksi.
2. Struktur morfologi ikan pari memiliki celah insang yang terletak disisi ventral kepala. Sirip dada  dengan sisi bagian depan bergabung dengan kepala. Bagian tubuh sangat pipih, bentuk ekor seperti cambuk, di bagian ventral dan dorsal. Kelompok ikan sejenis pari, sirip pektoralnya sangat membesar dan menempel sepanjang tubuh mulai dari bagian belakang kepala sampai didepan sirip pelvik

Bagian anatomi ikan pari tidak jauh beda dengan ikan hiu, terdpat system  Beberapa ikan hiu dan ikan pari, spina dorsal berhubungan dengan kelenjar bisa yang sangat beracun. Sebahagian besar racun itu sendiri adalah toksin berasaskan protein yang menyebabkan kesakitan pada mamalia dan bias juga mengubah kadar degupan jantung dan  system pernapasan, system sirkulasi, system pencernaan, system otot, system reproduksi

B.   Saran

Adapun saran yang dapat saya berikan setelah melakukan praktikum ini adalah agar praktikan lebih memahami teori-teori sebelum praktikum agar bagian yang diamati lebih mudah dipahami.











DAFTAR PUSTAKA

Campbell.Neil  A. Biologi edisi kelima jilid 2. Jakarta: Erlangga.1999.
Chondrichthyes “Special FundraiserLanding”,  http:// Wikimedia.org. h. 1  ( Diakses tanggal 27 Oktober 2011 ).

Kimball, J,W. Biologi edisi kelima jilid 3. Jakarta: Erlangga. 1999.
Chondrichthyes “Makalahchondrichthyes”, http:// file://kelaschonrichtyes.htm. h. 4 
( Diakses tanggal 27 Oktober 2011 ).

Mukayat, Djarubito. Zoologi Dasar.  Jakarta: Erlangga. 1989.
Tim Dosen. Penuntun Praktikum Taksonomi Vertebrata. Makassar : Universitas Islam Negeri. 2011.

Jasin, Zoologi Dasar, Jakarta: Sinar Wijaya, 1999.


[1] Djarubito,  Zoologi Dasar, (Jakarta: Erlangga, 1989).h. 185.
[2] Chondrichthyes “Makalahchondrichthyes”, http:// file://kelaschonrichtyes.htm. h. 4 
( Diakses tanggal 27 Oktober 2011 ).
[3]Djarubito,  Zoologi Dasar, (Jakarta: Erlangga, 1989).h. 186.
[4] Chondrichthyes.op. ci .h. 5.
[5] Jasin, Zoologi Dasar, (Jakarta: Sinar Wijaya, 1999).h. 47.
[6] Djarubito. Op. cit.
[7] Ibid.h. 43.
[8] Jasin. Op. cit.h. 44.
[9] Djarubito. Op. cit.h. 186.
[10] Ibid.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar