Minggu, 12 Februari 2012

Laporan Praktikum Pteridophyta


LAPORAN  PRAKTIKUM TAKSONOMI TUMBUHAN RENDAH
PTERIDOPHYTA



Di Susun Oleh :

Nama                    : Muhammad Aqsha
Nim                      : 60300110031
Kelompok             :  I  ( satu )
Jurusan                 : Biologi  (B1)

LABORATORIUM  BIOLOGI
FAKULTAS  SAINS DAN  TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEREGI ALAUDDIN
MAKASSAR  2O11




BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Tumbuhan paku atau paku-pakuan adalah sekelompok tumbuhan yang telah memiliki sistem pembuluh sejati (kormus) tetapi tidak menghasilkan biji untuk reproduksinya. Pteridophyta masih menggunakan spora sebagai alat perbanyakan generatifnya, sama seperti lumut dn fungi. Pteridophyta merupakan suatu golongan tumbuhan yang  mempunyai daur perkembangan dengan pergiliran keturunan yang beraturan.  Tumbuhan ini juga banyak ditemukan di darat, biasanya juga menempel pada substrat.[1]
Dengan demikian  untuk lebih mengetahui secara langsung ciri morfologi, struktur tubuh dan kondisi lingkungan habitat dari berbagai  jenis tumbuhan tingkat rendah yang dimaksud,  khususnya jenis tumbuhan  paku, maka dilakukanlah praktikum ini untuk mengamati langsung spesimen yang dimaksud.


B.  Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui komunitas tumbuhan paku dengan melihat ciri-ciri secara morfologi.



[1] Muliayanti, Pteridophyta.http://muliayanti.wordpress.com/laporan-praktikum-lapangan-botani-tumbuhanrendah/(Diakses Tanggal 2 Januari 2012)

  

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Tumbuhan paku merupakan suatu divisi yang warganya telah jelas mempunyai kormus, artinya tubuhnya dengan nyata dapat dibedakan dalam tiga bagian pokoknya, yaitu akar, batang dan daun. Namun demikian, pada tumbuhan paku belum dihasilkan biji. Seperti warga divisi–divisi yang telah dibicarakan sebelumnya, alat perkembang–biakan tumbuhan paku yang utama adalah spora. Oleh sebab itu, sementara ahli taksonomi membagi dunia tumbuhan dalam dua kelompok saja yang diberi nama Cryptogamae dan phanerogamae. Cryptogamae (tumbuhan spora) meliputi yang sekarang kita sebut dibawah nama Schizophyta, Thallophyta, Bryophyta, dan Pteridophyta.[1]
Tumbuhan paku merupakan komponen vegetasi yang lebih menonjol dari pada lumut, walaupun kelompok tersebut jumlah jenisnya jauh lebih besar (sekitar 20.000 jenis). Diduga tumbuhan paku merupakan tumbuhan yang menghuni daratan bumi. Fosilnya dijumpai pada batu-batuan zaman Karbon, yaitu kira-kira 345 juta tahun yang lalu. Tumbuhan paku ada yang hidup di air (hidrofit), hidup di tempat lembab (higrofit), hidup menempel pada tumbuhan lain (epifit), dan ada yang hidup pada sisa-sisa tumbuhan lain atau sampah-sampah (saprofit).[2]
Tumbuhan paku tersebar di seluruh bagian dunia, kecuali daerah bersalju abadi dan daerah kering (gurun). Total spesies yang diketahui hampir 10.000 (diperkirakan 3000 di antaranya tumbuh di Indonesia), sebagian besar tumbuh di daerah tropika basah yang lembap. Tumbuhan ini cenderung menyukai kondisi air yang melimpah karena salah satu tahap hidupnya tergantung dari keberadaan air, yaitu sebagai tempat media bergerak sel sperma menuju sel telur. Tumbuhan paku pernah merajai hutan-hutan dunia di Zaman Karbon sehingga zaman itu dikenal sebagai masa keemasan tumbuhan paku. Serasah hutan tumbuhan pada zaman ini yang memfosil dan mengalami mineralisasi sekarang ditambang orang sebagai batu bara.[3]
Kebanyakan paku memiliki perawakan yang khas, sehingga tidak mudah keliru dengan macam tumbuhan lain. Sebagian dari kekhasan itu adalah adanya daun muda yang menggulung yang akan membuka jika dewasa, ciri yang hamper unik ini disebut Vernasi bergelung. Sebagai akibat lebih lambatnya pertumbuhan permukaan daun sebelah atas daripada sebelah bawah pada perkembangan awalnya. Ukuran dan bentuk paku sangat bervariasi yang berkisar dari paku pohon yang dapat mencapai tinggi 5 meter, sampai paku mini berlapis tipis yang daunnya hanya selapis sel dan sering tertukar dengan lumut. Sebagai tambahan terhadap berbagai jenis terrestrial yang tampak khas, banyak paku (terutama paku sarang burung)tumbuh di atas pohon dan batu karang.4
Diriwayatkan oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin dalam hadistnya yang berbunyi :
مَثَلُ مَا بَعَثَنِي اللَّهُ بِهِ مِنَ الْهُدَى وَالْعِلْمِ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَصَابَ أَرْضًا فَكَانَتْ مِنْهَا طَائِفَةٌ طَيِبَةٌ قَبِلَتِ الْمَاءَ، فَأَنْبَتَتِ الْكَلأَ وَالْعُشْبَ الْكَثِيْرَ، وَكَانَ مِنْهَا أَجَادِبُ أَمْسَكَتِ الْمَاءَ، فَنَفَعَ اللَّهُ بِهَا النَاسَ فَشَرِبُوْا مِنْهَا وَسَقُوْا وَزَرَعُوا، وَأَصَابَ طَائِفَةً مِنْهَا أُخْرَى إِنَمَا هِيَ قِيْعَانٌ لاَ تُمْسِكُ مَاءً وَلاَ تُنْبِتُ كَلأَ؛ فَذَلِكَ مَثَلُ مَنْ فَقُهَ فِي دِيْنِ اللَّهِ وَنَفَعَهُ مَا بَعَثَنِي اللَّهُ بِهِ فَعَلِمَ وَعَلّمَ، وَمَثَلُ مَنْ لَمْ يَرْفَعْ بِذَلِكَ رَأْسًا وَلَمْ يَقْبَلْ هُدَى اللَّهِ اَلذِي أُرْسِلْتُ بِهِ }} مُتَّفَقٌ عَلَيهِ.
Artinya : “Dari Abi Musa Radhiallahu Anhu dia berkata Nabi Shalallahu Alaihi wa sallam bersabda Perumpamaan petunjuk dan ilmu pengetahuan yg oleh krn itu Allah mengutus aku utk menyampaikanya seperti hujan lebat jatuh ke bumi; bumi itu ada yg subur menyerap air menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan rumput-rumput yg banyak. Ada pula yg keras tidak menyerap air sehingga tergenang maka Allah memberi manfaat dgn hal itu kepada manusia.”

Mereka dapat minum dan memberi minum dan untuk bercocok tanam. Ada pula hujan yang jatuh kebagian lain yaitu di atas tanah yang tidak menggenangkan air dan tidak pula menumbuhkan rumput. Begitulah perumpamaan orang yg belajar agama yang mau memanfaatkan sesuatu yg oleh karena itu Allah mengutus aku menyampaikannya dipelajarinya dan diajarkannya. Begitu pula perumpamaan orang yang tidak mau memikirkan dan mengambil peduli dengan petunjuk Allah yg aku diutus untuk menyampaikannya. [4]












[1] Gembong Tjitrosoepomo, Taksonomi Tumbuhan (Yogyakarta : Gadjah Mada University Press,  1989), h. 219.


[2]Muhidah, Pteridophyta-paku. http://contohlaporan.blogspot.com/.html (Diakses Tanggal Januari 2012).
3Iqbal, Sistematika Tumbuhan, (Jakarta: Erlangga, 2008), h. 245.
4Ariyanto, Biologi Umum, (Jakarta: Erlangga, 2000), h. 185.
[4]Al-Hadîts Hujjatun Binafsihi fil Aqô’id wal Ahkâm, Muhammad Nâshiruddîn al-Albânî, softcopy dari http://www.sahab.org.

  

BAB III
METODE PRAKTIKUM

A.  Alat dan Bahan
1.      Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah mikroskop, objek glass, deck glass, silet, pipet tetes, dan pinset.
2.      Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah tumbuhan paku yaitu Adiantum peruvianum, Pteris sp, Drynaria spasissora, Asplenium nidus, Adiantum cuneatum, Adiantum polyphillum, Davalia canariensis, Nephrolepis sp, Polypodium falcata, dan Drypteris rufescens.
B.  Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum ini adalah sebagai berikut:
Hari/Tanggal           : Rabu, 04 Januari 2012
Pukul                      : 11.00 – 13.00 WITA
Tempat                   : Laboratorium Zoologi Lantai II
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
Samata-Gowa.
C.  Cara Kerja
Adapun cara kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.      Menyiapkan tumbuhan paku yang utuh (terdiri dari akar, batang, dan daun).
2.      Mengamati spesies tersebut.
3.      Menggambar bentuk sporangium dan bentuk spora yang ditemukan pada tiap jenis.
4.      Menggambar hasil pengamtan dan mengklasifikasikannya.


  

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.     Hasil Pengamatan
1.      Adiantum cuneatum
  Keterangan :
1.      Daun
2.      Batang
3.      Akar
4.      Spora









                        
2.      Adiantum polyphillum
                                                                                 Keterangan :
1.      Daun
2.      Batang
3.      Rhizoid
4.      Akar
5.      Spora




3.      Adiantum peruvianum
                                                                                             Keterangan :
1.      Daun
2.      Batang
3.      Akar
4.      Spora





4.      Polypodium falcata
                                                                                             Keterangan :
1.      Daun
2.      Batang
3.      Akar
4.      Spora





5.      Drypteris rufescens
                                                                                             Keterangan :
1.      Daun
2.      Batang
3.      Spora






6.      Davalia canariensis
                                                                                             Keterangan :
1.      Daun
2.      Batang
3.      Akar
4.      Spora





7.      Drynaria spassisora
                                                                                             Keterangan :
1.      Daun
2.      Tulang daun
3.      Batang
4.      Akar
5.      Sorus
6.      Sori



8.      Pteris sp
                                                                                             Keterangan :
1.      Blade
2.      Pinna
3.      Stipe
4.      Substrat
5.      Akar




9.      Nephrolepis sp
                                                                                             Keterangan :
1.      Daun
2.      Sorus
3.      Sori
4.      Tulang daun
5.      Akar
6.      Batang



10.  Asplenium nidus
                                                                                 Keterangan :
1.      Daun
2.      Nervatio
3.      Spora






B.     Pembahasan
1.      Adiantum cuneatum
Adiantum cuneatum memiliki sorus bangun ginjal atau bangun garis. Terletak pada tepi daun yang terlipat kebawah dan berfungsi sebagai indusium. Mula-mula insidium menutup sporangium, tetapi kemudian terdesak ke samping. daun majemuk dengan bermacam-macam bentuk. Adiantum cuneatum memiliki daun muda yang tergulung tidak dibentuk strobilus. Sporangium terletak pada bagian ventral daun sebelah pinggir. Sporangium berkelompok dalam sorus dengan atau tanpa selaput ataupun indusium.  Adiantum cuneatum bereproduksi dengan spora. Gametofit disebut protalium yang berukuran kecil. Arkegonium mengandung sel telur, anteredium menghasilkan anterozoid yang terletak pada bagian ventral gametofit. Alat kelamin multiseluler. Adiantum cuneatum tersebar  di daerah tropika, di daerah yang lembab  dan juga yang berair. Adiantum cuneatum berperan sebagai tanaman hias.
             Adapun klasifikasi dari  Adiantum cuneatum  adalah sebagai berikut :
Kingdom     : Plantae
Divisi           : Pterydophyta
Class            :  Filicinae
Ordo            :  Filicales
Familia        :  Polypodiaceae
Genus          : Adiantum
Spesies        : Adiantum cuneatum
2.      Adiantum polyphillum
Pada Adiantum polyphillum daunnya cenderung membulat . berwarna hijau karena memiliki klorofil. Tangkainya berwarna hitam mengkilap. Spora terlindungi oleh sporangium yang dilindungi oleh insidium. Memiliki sorus bangun ginjal atau bangun garis. Terletak pada tepi daun yang terlipat kebawah dan berfungsi sebagai indusium. Tidak menghasilkan bunga dalam daur hidupnya, tetapi perbanyakan generatifnya dilakukan dengan spora yang terletak pada sisi bawah daun bagian tepi. Adiantum polyphillum terdapat pada daerah yang mempunyai iklim sedang atau tropis. hidup di daerah tropika, pada tanah yang lembab,  gambut dan kaya akan bahan organic (humus). Adiantum polyphillum berperan sebagai tanaman hias.
           Adapun klasifikasi dari Adiantum polyphillum adalah sebagai berikut :
Kingdom     : Plantae
Divisi           : Pterydophyta
Class            :  Filicinae
Ordo            :  Filicales
Familia        :  Polypodiaceae
Genus          : Adiantum
Spesies        : Adiantum polyphillum
3.      Adiantum peruvianum
            Adiantum peruvianum merupakan tumbuhan paku yang tidak memiliki bunga. Daun cenderung membulat. Sorus merupakan kluster-kluster disisi bawah daun pada bagian tepi. Adiantum peruvianum berwarna hijau karena memiliki klorofil . Tangkainya berwarna hitam mengkilap. Spora terlindungi oleh sporangium yang dilindungi oleh insidium. Adiantum peruvianum berkembang biak dengan spora. Gametofit disebut protalium berukuran kecil. Arkegonium mengandung sel telur yang berada pada bagian ventral gametofit. Alat reproduksinya bersifat multiseluler. Adiantum peruvianum hidup di daerah tropika, pada tanah yang lembab,  gambut dan kaya akan bahan organic (humus). Pemupukan dengan kadar nitrogen lebih disukainya. Adiantum peruvianum  berperan sebagai  tanaman hias.
           Adapun klasifikasi dari Adiantum peruvianum adalah sebagai berikut :
Kingdom     : Plantae
Divisi           : Pterydophyta
Class            :  Filicinae
Ordo            :  Filicales
Familia        :  Polypodiaceae
Genus          : Adiantum
Spesies        : Adiantum peruvianum
4.      Polypodium falcata
Polypodium falcata sorus berbentuk bermacam-macam. Letak sorus pada tepi atau dekat tepi daun, dapat pula pada urat-urat, berbentuk garis, memanjang dan bulat. Sporangium kadang-kadang sampai menutupi seluruh permukaan bawah daun yang fertile. Sporangium bertangkai dengan annulus vertical, tidak sempurna . jika masak pecah dengan celah melintang. Insidium ada atau tidak ada, melekat pada satu sisi saja, kadang berbentuk ginjal atau perisai  dengan tepi rata atau bertoreh. Rimpang merayap atau berdiri, mempunyai ruas-ruas yang panjang, jarang memperlihatkan batang yang nyata. Daun bermacam-macam, tunggal atau majemuk, dengan urat-urat yang bebas atau saling berdekatan. Akar dan daun seringkali bersisik. Pada Polypodium falcata berkembangbiak dengan spora. Sporangium terkumpul menjadi sorus yang bentuknya dapat bermacam-macam. Sporangium muncul dari suatu penonjolan jaringan daun yang dinamakan plasenta atau reseptakulum dan sebelum masak sorus itu tertutup oleh suatu selaput yang dinamakn insidium. Habitatnya terdapat pada daerah yang mempunyai iklim sedang atau tropis. Polypodium falcata berperan sebagai tanaman hias dan dapat pula digunakan sebagai bahan makanan untuk hewan pemakan rumput (herbivora).
Adapun klasifikasi dari Polypodium falcata adalah sebagai berikut:
Kingdom      : Plantae
Divisi           : Pterydophyta
Class            :  Pterydopsida
Ordo            :  Polipodiales
Familia        :  Polypodiaceae
Genus          : Polypodium
Spesies        : Polypodium falcata
5.      Drypteris rufescens
Drypteris rufescens berentuk sorus bulat atau jorong, pada urat-urat sebelah bawah daun, kebanyakan ditengah-tengah urat tadi. Sorus yang muda mempunya insidium bentuk ginjal, lekas gugur, tidak mempunyai atau sama sekali tidak ada. Daun tidak dapat terlepas dari rimpang, menyirip tunggal atau menyirip ganda samapi beberapa kali. Urat-urat daun bebas atau tidak. Paku tanah dengan rimpang merayap, bangkit atau tegak. Drypteris rufescens berkembangbiak dengan menggunakan spora. Habitatnya terdapat pada daerah yang mempunyai iklim sedang atau tropis. Drypteris rufescens berperan sebagai tanaman hias  ataupun tanaman liar. Selain itu berperan pula sebagai makanan bagi hewan pemakan rumput (herbivora).
Adapun klasifikasi dari Drypteris rufescens adalah sebagai berikut:
Kingdom      : Plantae
Divisi           :  Pterydophyta
Class            :  Pterydopsida
Ordo            :  Polipodiales
Familia        :  Aspidieae
Genus          :  Drypteris
Spesies        :  Drypteris rufescens
6.      Davalia canariensis
Davalia canariensis berbentuk sorus  memanjang , terdapat pada sisi bawah daun. Terdapat pada sisi bawah daun, sepanjang tepi atau dekat dengan tepi daun, terpisah-pisah. Insidium pada pangkal dan kanan kirinya berlekatan dengan permukaan daun sehingga bentuknya kurang lebih seperti piala dan terbuka pada arah ke tepi daun. Daun menyirip ganda dua atau lebih, dengan urat-urat yang bebas. Sisik berwarna pirang . berkembangbiak dengan menggunakan spora. Davalia canariensis terdapat di daerah palaeotropis. Berperan sebagai bahan makanan untuk hewan pemakan rumput (herbifora) serta dapat pula berperan sebagai tempat hidupnya hewan lain seperti semut.
Adapun klasifikasi dari Davalia canariensis adalah sebagai berikut :
Kingdom      : Plantae
Divisi           : Pteridophyta
Kelas            : Pteridopsida 
Ordo             : Polypodiales
Famili           : Polypodiaceae 
Genus           : Davalia
Spesies         : Davalia canariensis
7.      Drynaria spassisora
Drynaria spassisora merupakan tumbuhan yang berada dipepohonan. Berwarna hijau ataupun kekuningan. Sudah dapat dibedakan antara akar, batang dan daun. Spora berada di bagian bawah, hampir menutupi semua permukaan bawah daun. Drynaria spassisora  mempunyai ukuran daun yang agak lebar. Bentuk susunan tulan daunnya jelas serta mempunyai sistem akar serabut. Memiliki lapisan pelindung sel yang terdapat disekeliling organ reproduksinya. Memiliki berkasi pembuluh angkut dengan tipe radial. Memiliki lapisan pelindung sel yang terdapat di sekeliling organ reproduksinya. Memiliki berkas pembuluh angkut dengan tipe radial. Drynaria spassisora  berwarna hijau karena memiliki klorofil  dan juga berfotosintesis. Memiliki jaringan pembuluh xylem dan floem. Sporofit homosfor dan heterosfor.  Drynaria spassisora  berkembang biak dengan menggunakan spora. Pertumbuhan sporofit terdapat pada ujung akar dan batang yaitu pada sel ujung. Drynaria spassisora  hidup di daerah yang lembab, tetapi jarang ditemukan di tempat berarir. Tumbuhan ini hidup di pepohonan dan disebut paku pohon.  Drynaria spassisora  tidak memiliki nilai ekonomis. Paku ini hanya hidup sebagai tanaman liar dan tidak di budidayakan . Drynaria spassisora  dapat digunakan oleh burung sebagai tempat membuat sarang.
             Adapun klasifikasi dari  Drynaria spassisora adalah sebagai berikut :
Kingdom     : Plantae
Divisi           : Pterydophyta
Class            :  Filicinae
Ordo            :  Polypodiae
Familia        :  Polypodiaceae
Genus          : Drynaria
Spesies        : Drynaria spassisora  
8.      Pteris sp
            Pteris sp merupakan tumbuhan yang tergolong tumbuhan paku karena sudah dapat dibedakan antara akar, batang dan daun. Tumbuhan ini tidak memiliki biji. Daunnya berwarna hijau karena memiliki klorofil yang berfungsi sebagai fotosintesis.  Sorus pada urat tepi, tertutup oleh tepi daun. Daun membagi menyirip. Tidak terlepas dari rimpang. Sorus sejajar dengan tepi daun atau dekat dengan tepi daun yang ditutupi oleh tepi daun itu. Sporangium terkumpul menjadi sorus yang bentuknya dapat bermacam-macam. Sporangium itu muncul dari suatu penonjolan jaringan daun yang dinamakan plasenta atau reseptakulum, dan sebelum masak sorus itu tertutup oleh suau selaput yang dinamakan insidium. Tiap sporangium berasal dari satu sel epidermis yang lalu membelah-belah, sehingga akhirnya tiap sporangium dapat dibedakan dalam kotak (kapsul) yang dindingnya hanya terdiri dari satu lapis sel, dengan di dalamnya sejumlah besar isospora. Kapsul ini biasanya mempunyai suatu tangkai yang terdiri atas banyak sel. Pada dinding sporangium seringkali terdapat  suatu cincin (anulus) yang terdiri atas sel-sel yang menonjol keluar  dengan penebalan pada dinding radial dan dinding dalam. Pteris sp berkembangbiak dengan menggunakan spora. Habiatatnya terdapat pada daerah tropika dan hidup di daerah yang lembab. Perperan sebagai tanaman hias.
             Adapun klasifikasi dari  Pteris sp adalah sebagai berikut :
Kingdom     : Plantae
Divisi           : Pterydophyta
Class            :  Filicopsida
Ordo            :  Polypodiales
Familia        :  Pteridaceae
Genus          :  Pteris 
Spesies        : Pteris sp
9.      Nephrolepis sp
Nephrolepis sp disebut sebagai tumbuhan kormus karena sudah memiliki akar, batang dan daun.Daunnya berwarna hijau  karena mempunyai klorofil . Nephrolepis sp berbentuk sorus bulat atau bangun garis., pada sisi bawah daun, sepanjang tepi atau agak jauh sejajar dengan tepi itu. Insidium sesuai dengan bentuk sorus. Daun yang mati tidak terlepas dari rimpang, panjang , relative sempit, menyirip dan sampai lama tetap tumbuh memanjang. Mempunyai hidatoda pada sisi atas daun. Rimpang berdiri agak tegak dan sering ditunjang oleh akar-akar, kadang-kadang mengeluarkan cabang-cabang, kadang-kadang dengan umbi. Daun pada spesies ini terdapat percabangan pada tulang daun. Ujung dari urat daunnya yang menjari tidak sampai menyentuh tepi daun dan bebas, pada ujung urat daun perdapat sporangium yang tertata dengan rapi disepanjang tepi daun. Daun tumbuhan paku ada beberapa macam, yaitu tropofil (daun khusus untuk fotosintesis, tidak mengandung spora), sporofil (daun penghasil spora), dan yang kecil-kecil disebut mikrofil, dan yang besar disebut makrofil. Pada spesiens ini daunnya ternasuk mikrofol. Ujungnya seringkali bebas, ada yang tidak mencapai tepi, sampai atau sangat dekat dengan tepi atau bahkan sampai diluar tepi daun seperti pada Hymenophyllaceae. Tumbuhan ini memiliki permukaan daun yang halus dan besisik. Ukuran pada umumnya panjang mencapai 2cm dengan lebar 1cm. Bentuk daun menjorong dan ujungnya terbelah, sedangkan pada tepi daunnya bergerigi.selain itu spesies ini juga mempunyai ental yang bertumpuk di atas permukaan, yaitu adanya daun muda yang mengulung.
Batang Nephrolepis berbentuk bulat, tetapi pada spesies ini terdapat seperti lekukan dipermukaannya sepanjang batang tersesut. umumnya merupakan tanaman kecil dengan sedikit daun, tingginya kurang dari 0.5m tinggi. Warna batang kecoklatan.permukaan halus akan tetapi seperti tedapat rambut-rambut yang sangat halus pada batangnya. Umumnya tumbuhan ini memiliki akar yang serabut, begitu juga pada spesies Nephrolepis sp. memiliki akar yang tumbuh di bawah permukaan tanah, bersifat non fotosintesis, befungsi menyerap air dan nutrisi dari tanah. Akar-akar ini menyerabut dan strukturnya sangat kecil. Nephrolepis memilki fase gametofit yang hidupnya bebas.
Daur hidup tumbuhan paku terdiri dari dua fase utama:gametofit dan sporofit. Tumbuhan paku yang mudah kita lihat merupakan bentuk fase sporofit karena menghasilkan spora. Bentuk generasi fase gametofit dinamakan protalus (prothallus) atau protalium (prothallium), yang berwujud tumbuhan kecil berupa lembaran berwarna hijau, mirip lumut hati, tidak berakar (tetapi memiliki rizoid sebagai penggantinya), tidak berbatang, tidak berdaun. Prothallium tumbuh dari spora yang jatuh di tempat yang lembab. Dari prothallium berkembang anteridium (antheridium, organ penghasil spermatozoid atau sel kelamin jantan) dan arkegonium (archegonium, organ penghasil ovum atau sel telur). Pembuahan mutlak memerlukan bantuan air sebagai media spermatozoid berpindah menuju archegonium. Ovum yang terbuahi berkembang menjadi zigot, yang pada gilirannya tumbuh menjadi tumbuhan paku baru. Nephrolepis sp ini banyak dimanfaatkan sebagai tanaman hias yaitu ditanam di pot untuk penghias ruangan, atau ditanam di pot gantung, daun mudanya dapat dibuat sayur, dan orang memanfaatkan ikatan pembuluhnya yang kuat itu untuk membuat topi, penyerap paling efektif, terutama formaldehid, xylene, trichlloroethylen, dan karbon monoksida. NASA bahkan merekomendasi tanaman ini diletakkan dalam ruangan, karena mampu menyerap formaldehid dari tembok maupun furniture. Selain mudah dikembangkan, mudah perawatannya, tanaman ini pun relative murah harganya. Selain itu dari segi ekonomi, Nephrolepis memilki manfaat  sebagai bahan pembuatan obat cacing, dapat mengobati kanker perut dan digunakan sebagai bahan bangunan di derah-daerah tropis.
             Adapun klasifikasi dari  Nephrolepis sp  adalah sebagai berikut :
Kingdom         : Plantae
Divisi              : pteridophyta
Kelas               : pteridopsida
Ordo               : polypodiales
Familia           : dryopteridaceae
Genus             : Nephrolepis
Spesies           : Nephrolepis sp
10.  Asplenium nidus
Aspelenium nidus merupakan tumbuhan paku  karena sudah dapat dibedakan antara akar, batang dan daun. Daunnya berwarna hijau karena mengandung klorofil untuk fotosintesis. Pada Asplenium nidus sorus bangun garis atau sempit memanjang yang terletak di samping lubang cabang, serong atau hampir tegak pada ibu tulang. Insidium sesuai dengan sorusnya. Daun tidak dapat terlepas dari rimpang dan menyirip.  Urat-urat daun bebas atau bersambungan dengan tulang tepi. Paku tanah atau epifit. Asplenium nidus berkembangbiak dengan spora, memiliki protalium dan arkegonium dan terletak pada bagian ventral gametofit . alat kelamin bersifat multiseluler. Habitatnya di daerah tropika dan di daerah yang lembab. Asplenium nidus digunakan sebagai tanaman hias yang hampir tersebar diseluruh dunia.
             Adapun klasifikasi dari  Asplenium nidus adalah sebagai berikut :
Kingdom         : Plantae
Divisi              : pteridophyta
Kelas               : Filicinae
Ordo               : Filicales
Familia           : Polypodiaceae
Genus             : Aspelenium
Spesies           :
Asplenium nidus


  

BAB V
KESIMPULAN

A.     Kesimpulan
Tumbuhan paku merupakan suatu divisi yang warganya telah mempunyai kormus , artinya tubuhnya dengan nyata dapat dibedakan dalam tiga bagian pokok, yaitu akar, batang dan daun. Namun demikian tumbuhan paku belum memiliki biji. Daunnya berwarna hijau karena memiliki klorofil yang digunakan untuk berfotosintesis. Alat perkembangbiakan tumbuhan paku yang utama adalah spora. Warga tumbuhan paku amat heterogen baik ditinjau dari segi habitat maupun cara hidupnya.
B.     Saran
 Adapun saran yang dapat saya sampaikan diharapkan agar praktikan menyiapkan semua bahan yang akan digunakan serta diharapkan agar bahan yang disiapkan dalam keadaan baik.





DAFTAR PUSTAKA


Aryanto. 2000. Biologi Umum. Jakarta: Erlangga.

Iqbal. 2008. Sistematika Tumbuhan. Jakarta: Erlangga.

Muhidah, Pteridophyta. http://contohlaporan.blogspot.com (Diakses pada tanggal 2 Januari 2012).

Tjitrosoepomo, Gembong. 1989. Taksonomi Tumbuhan Rendah. Yogyakarta: GadjahMada University.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar