PLTYHELMINTHES
Di Susun Oleh :
Nama : Muhammad Aqsha
Nim : 60300110031
Kelompok : I ( satu )
Jurusan : Biologi (B1)
LABORATORIUM BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEREGI ALAUDDIN
MAKASSAR 2O11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Platyhelminthes dalam bahasa yunani, platy = pipih, helminthes = cacing atau cacing pipih adalah kelompok hewan yang struktur tubuhnya sedah lebih maju dibandingkan porifera dan Coelenterata.Tubuh Platyhelminthes memiliki tiga lapisan sel (triploblastik), yaitu ekstoderm, mesoderm, dan endoderm. Platyhelminthes tidak memiliki rongga tubuh (selom) sehingga disebut hewan aselomata.Sistem pencernaan terdiri dari mulut, faring, dan usus (tanpa anus). Usus bercabang-cabang ke seluruh tubuhnya.[1]
Platyhelminthes ada yang hidup bebas maupun parasit.Platyhelminthes yang hidup bebas memakan hewan-hewan dan tumbuhan kecil atau zat organik lainnya seperti sisa organisme. Platyhelminthes parasit hidup pada jaringan atau cairan tubuh inangnya. Maka dari itu sangatlah penting kita untuk mengetahui tentang siklus hidup dan habitat dari platyhelminthes.
B. Tujuan
1. Mengamati larva – larva trematoda pada stadium cercaria dan redia
2. Melaporkan gerakan – gerakan ataupun morfologinya
C. Manfaat
Adapun manfaat yang dapat di ambil dari praktikum ini adalah kita dapat menganalisis larva – larva trematoda dan mengetahui pergerakannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Platyhelminthes adalah sekelompok orgnisme yang tubuhnya pipih, bersifat tripoblastik, tidak berselom. Pada umumnya spesies dari platyhelminthes adalah parasit pada hewan. Ektoderm adalah tipis yang dilapisi oleh kutikula yang berfungsi melindungi jaringan di bawahnya dari cairan hospes. Sistem ekskresi hanya saluran utama yang mempunyai lubang pembuangan keluar tidak memiliki sistem sirkulasi, maka bahan makanan itu di edarkan oleh pencernaan itu sendiri. Alat reproduksi jantan dan betina terdapat pada tiap – tiap hewan dewasa. Alat jantan terdiri atas sepasang testis, dua pembuluh vasa deferensia, kantung vesiculum seminalis, saluran ejakulasiyang berakhir pada alat kopulasi dan penis.[2]
Platyhelminthes dapat dibagi atas beberapa kelas yaitu kelas tubellari, contoh organisme dari kelas ini adalah planaria yang hidup di air tawar , bipalium dan geoplana yang hidup pada tanah,berikutnya kelas trematoda, merupakan hewan yang parasit, tidak mempunyai mata kecuali pada larvanya, tidak bercilia kecuali pada larvanya, mempunyai kutikula mulut disebelah anterior, farinks tidak berotot, tidak ada anus usus berbentuk garpu, mempunyai pengisap, hermaprodit, mempunyai kelenjar kuning. Contoh : Fasiola hepatica. Selanjutnya kelas cestoda, merupakan hewan hermaprodit, tidak mempunyai alat pencernaan makanan, merupakan endoparasit pada hewan vetebrata, Mempunyai saraf pada bagian kedua sisi tubuhnya yang berhubungan dengan kepala. Mempunyai saluran ekskresi yang diperlengkapi dengan protonefrida. Tiap progtida mengandung organ – organ alat jantan dan betina yang lengkap. Telur – telurnya di kumpulkan pada uterus.[3]
Tubuhnya tertutup epidermis dan di bagian ventral mengandung cilia yang berfungsi untuk merayap. Pada lapisan epidermis terdapat banyak sel kelenjar dan batang – batang kecil yang disebut rhabdoid. Sel kelenjar menghasilkan lender untuk melekat, membungkus mangsa, dan sebagai jejak lender pada waktu merayap. Sel kelenjar acap kali juga terdapat di dalam mesenkhim (parenkim), dan mempunyai saluran kecil menembus epidermis. Di bawah epidermis terdapat serabut – serabut otot melingkar, longitudinal, diagonal, dan dorso ventral.[4]
Sistem pencernaan pada pltyhelminthes belum sempurna, cacing ini telah memiliki mulut tapi tidak memiliki anus, hewan ini memiliki rongga gastrovaskuler yang merupakan saluran pencernaan yang bercabang – cabang yang berperan sebagai usus. Sistem saraf memiliki dua ganglion pada ujung ventral tubuh. Pada ujung ventral tubuh keluar satu pasang saraf longitudinal menuju ke bagian tubuh posterior.[5]
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum ini adalah sebagai berikut :
Waktu : Pukul 13.00 – 15.00
Tempat : Laboratorium Zoologi
Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
B. Alat dan Bahan
1. Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah mikroskop, deck glass, cawan petri, pipet dan pinset.
2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah siput diambil dari sawah atau kolam.
C. Prosedur Kerja
1. Pengamatan Larva Trematoda
a. Siput diletakkan pada cawan petri yang berisi air suling sebanyak sepertiga
b. Cangkang siput dipecahkan dengann pinset, kemudian cawan digoyangkan untuk melepaskan larva
c. Amati larva redia ataupun ceraria. Kedua larva ini dapat di bedakan dari pergerakannya serta anatominya. Jika suatu siput mengandung redia maka umumnya akan juga ditemukan larva cercaria dalam bentuk yang berbeda – beda. Larva redia dilihat berupa titik – titik putih yang bergerak cepat
d. Jika pergerakan larva cepat sehingga sulit di amati, sebaiknya dilakukan pematian dengan menggunakan larutan formalin + gliserol
e. Gambar dan tuliskan klasifikasinya.
2. Pengamatan Fasiola Hepatica
a. F. Hepatica dapat diperoleh pada tempat – tempat pemotongan sapi, kerbau atau kambing pada bagian hati atau saluran empedu. Cacing yang di peroleh dapat di simpan semeentara pada larutan Nacl fisiologis.
b. Amati dengan menggunakan mikroskop atau jika mungkin dengan lup. Pengamatan anatomi harus digunakan preparat awetan yang sudah diwarnai dan dijernihkan.
c. Gambarlah pada posisi sebelah menyebelah dari cacing tersebut.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Fasciola hepatica
1 . mulut
2. saraf cincin
3. saluran elementer
4. uterus
5. vas deferens
6. testis anterior
7. kelenjar kuning telur
8. faring
9. penis
10. kantung seminal
11. saraf longitudinal
12. ovarium
13. kelenjar kulit
B. Pembahasan
a. Morfologi
Morfologi Cacing jantan berukuran sekitar 10-30 cm, sedangkan betina sekitar 22-35 cm. Pada cacing jantan ditemukan spikula atau bagian seperti untaian rambut di ujung ekornya (posterior).Pada cacing betina, p sepertiga depan terdapat bagian yg disebut cincin atau gelang kopulasi. Cacing dewasa hidup pada usus manusia. Parasit ini juga memiliki khas bercabang organ reproduksi. Hati Fasciola juga memiliki pengisap oral yang digunakan untuk secara efektif jangkar parasit dalam memotong empedu.
b. Anatomi
Cacing ini tidak mempunyai anus dan alat ekskresinya berupa sel api. Cacing ini bersifat hemaprodit, berkembang biak dengan cara pembuahan sendiri atau silang, Pada bagian depan terdapat mulut meruncing yang dikelilingi oleh alat pengisap, dan ada sebuah alat pengisap yang terdapat di sebelah ventral sedikit di belakang mulut, juga terdapat alat kelamin. Bagian tubuhnya ditutupi oleh sisik kecil dari kutikula sebagai pelindung tubuhnya dan membantu saat bergerak.
c. Habitat
Fasciola hepatica parasit hidup pada jaringan atau cairan tubuh inangnya. Fasciola hepatica yang parasit hidup di dalam tubuh inangnya (endoparasit) pada siput air, sapi, babi, atau manusia.
d. Klasifikasi
Adapun klasifikasi dari Fasciola hepatica adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Platyhelminthes
Class : Trematoda
Ordo : Echinostomida
Genus : Fasciola
Spesies : Fasciola Hepatica
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat di ambil dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. larva tremtoda yang dapat kami amati adalah fasciola hepatica.
2. fasicola hepatica,pada cacing jantan ditemukan spikula atau bagian seperti untaian rambut di ujung ekornya (posterior).Pada cacing betina, sepertiga depan terdapat bagian yg disebut cincin atau gelang kopulasi. Cacing dewasa hidup pada usus manusia. Parasit ini juga memiliki khas bercabang organ reproduksi. Hati Fasciola juga memiliki pengisap oral yang digunakan untuk secara efektif jangkar parasit.
B. Saran
Adapun saran yang dapat saya berikan setelah melakukan praktikum ini adalah agar praktikan lebih memperhatikan kondisi bahan. Agar organisme yang diamati lebih banyak.
DAFTAR PUSTAKA
Hala,Yusminah. Daras Biologi Umum II. Makassar: Alauddin Press. 2007.
Oman Karmana. Cerdas Biologi. Bandun : Grafindo Media Pratama .2006.
Schistosoma.http://febrianfn.wordpress.com ( 21 Juni 2011 ).
Suwignyo,Sugiarto. Avetebrata Air Jilid 1. Jakarta : Penebar Swadaya. 2005.
Tim Dosen. Penuntun Praktikum Zoologi Invetebrata. Makassar: Uin Alauddin
Makassar.2011.
[2] Tim dosen.Penuntun Praktikum Zoologi Invetbrata. (Makassar : Uin Alauddin Makassar). h 10
[3] Yusminah Hala. Daras Biologi Umum II. (Makassar : Alauddin Press).h 19
[4] Sugiarto Suwignyo. Avetebrata Air Jilid 1. (Jakarta : Penebar Swadaya).h 71
[5] Oman Karmana. Cerdas Biologi. ( Bandung : Grafindo Media Pratama ).h 201
Tidak ada komentar:
Posting Komentar