LAPORAN PRAKTIKUM ZOOLOGI VERTEBRATA
OSTEICHTHYES
Di Susun Oleh :
Nama : Muhammad Aqsha
Nim : 60300110031
Kelompok : I ( satu )
Jurusan : Biologi (B1)
LABORATORIUM BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEREGI ALAUDDIN
MAKASSAR 2O11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Osteichthyes atau disebut juga ikan bertulang sejati adalah kelas dari anggota hewan bertulang belakang yang merupakan subfilum dari Pisces. Osteichthyes berasal dari bahasa Yunani, yaitu osteon yang berati tulang dan ichthyes yang berarti ikan. Hidup di laut, rawa-rawa, atau air tawar. Semua jenis ikan yang termasuk dalam kelas Osteichthyes memiliki sebagian tulang keras, mulut dan lubang hidungnya ventral, celah-celah pharyngeal tertutup (tidak terlihat dari luar) dan jantungnya hanya memiliki satu ventrikel.[1]
Hampir semua ikan bertulang keras memiliki endoskeleton dengan matriks kalsium fosfat yang keras. Kulitnya seringkali tertutup dengan sisik pipih bertulang . Ikan bertulang keras umumnya perenang yang dapat menontrol arah, siripnya yang lentur lebih sesuai untuk pengendalian dan pendorongan dibandingkan dengan sirip hiu yang lebih kaku. Dan masih banyak lagi informasi dan kelebihan dari ikan bertulang keras yang akan kita ketahui.[2]
A. Tujuan
Mengamati struktur morfologi dan anatomi ikan yang tergolong dalam kelas Osteichthyes.
[1]Http.File: :// Wikipedia.org. h. 1 ( Tanggal 27 Oktober 2011 ).
[2]Campbell.Neil A. Biologi edisi kelima jilid 2. (Jakarta: Erlangga). h. 256.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada ikan oeteichthyes memiliki mulut berahang, skeleton sebagian atau seluruhnya bertulang menulang. Kondrokranium (cranium tulang rawan) dilengkapi oleh tulang dermal untuk membentuk tengkorak majemuk. Sisik tipe ganoid, siklodi atau ktenoid yang semuanya berasal mesodermal, atau tidak bersisik. Pada stadium embrio ada 6 celah insang, pada dewasa biasanya tinggal 4 celah. Insang-insang itu tertutup oleh operculum. Biasanya ada gelembung renang yang berhubungan atau tidak berhubungan dengan faring. Notokorda ditempati oleh vertebrae yang menulang. Otak terdiri dari 5 bagian dengan 10 pasang saraf cranial. Pada ikan dewasa terdapat mesonerfros. Ada system portal renal. Pada ikan bentuk lebih primitif dalam ususnya terdapat katup spiral.[1]
Ikan bertulang sejati dengan cepat terpecah menjadi tiga kelompok berbeda, palenoniskoida, ikan paru-paru, dan krosopterigi. Palioniskoida dibedakan dengan adanya sirip berjari (sirip yang tidak ada otot maupun tulang) dan kenyataan bahwa ventilasi paru-paru dilakukan melalui mulut.[2]
Banyak dari kelompok ini berimigrasi ke laut selama akhir era (masa) paleozoikum dan mesozoikum. Dalam lingkungan air yang stabil, tidak diperlukan paru-paru, dan alat ini diubah menjadi gelembung renang yang dapat digunakan ikan untuk mengubah daya apung di dalam air. Semua ikan yang diperdagangkan sekarang. Ikan Paru-paru mengembangkan suatu pembaruan berarti yang tidak dimiliki oleh moyangnya. Lubang hidung, mereka yang pada Osteichthyes pertama hanya bermuara ke luar dan digunakan untuk membau, mengembangkan lubang internal ke rongga mulut. Ini memungkinkannya untuk bernapas di udara dengan mulut tertutup. Pernah sebagai kelompok yang agak berhasil. Krosopterigia juga mempunyai lubang hidung dalam yang dapat digunakan untuk mengembungkan paru-paru. Di samping itu, sirip belakang dan sirip dada (pectoral) mereka bergelambir; yaitu berdaging dan ditunjang oleh tulang. [3]
Ikan bertulang keras bernapas dengan melewatkan air melalui empat atau lima pasang insang yang terletak di dalam ruangan-ruangan yang tertutup oleh suatu penutup pelindung yang disebut operculum. Air disedot ke dalam mulut, melalui faring, dan keluar di antara celah insang karena pergerakan operculum dan kontraksi otot yang mengelilingi ruang insang tersebut. Proses ini memungkinkan seekor ikan bertulang untuk bernapas pada saat diam atau tidur. [4]
Terdapat bebarapa macam sisik yang terdapat pada ikan osteichthyes sisik cycloid, squama tpe terbentuk dari corium/dermis. Bentuk circuler atau ovoid, secara mikroskopis tampak adanya garis-garis koncentrik, garis-garis radier, guanophora, dan sel-sel pigmen. Ctenoid , bagian tepi luarnya mempunyai satu baris/lebih rigi-rigi seperti duri-duri halus atau gigi-gigi sisik, sedang bagian tepi yang melekat mempunyai tonjolan-tonjolan sehingga memperkuat pelekatannya Ganoid bagian terbesar dari squama, tipe ini terdiri dari lapisan-lapisan tulang dan permukaan luarnya diselubungi oleh genoin yaitu suatu material yang mempunyai email yang dibentuk oleh corium.[5]
Adaptasi lain dari sebaagian besar ikan bertulang keras yang tidak ditemukan pada hiu adalah gelembung renang, suatu kantung udara membantu mengontrol pengembangan ikan tersebut. Perpindahan gas-gas antara kantung renang dan darah mengubah volume kantung itu dan menyesuaikan kerapatan ikan. Akibatnya, banyak ikan bertulang keras, berlawanan dengan sebagian besar hiu, dapat menghemat energy dengan cara tidak bergerak. Rincian mengenai reproduksi ikan bertulang keras sangat bervariasi. Sebagian besar spesies adalah hewan ovipar, yang bereproduksi dengan fertilisasi eksternal setelah betina melepaskan sejumlah besar telur kecil. Namun demikian, fertilisasi internal dan kelahiran merupakan karakteristik spesies yang lain.[6]
Salah satu ayat yang menjelaskan mengenai hukum memakan makanan dari laut adalah sebagai berikut:
Terjemahnya:
“Dihalalkan bagimu binatang buruan laut dan makanan (yang berasal) dari laut sebagai makanan yang lezat bagimuc” (QS Al-Maidah [5] : 96).[7][1]Mukayat Djarubito Brotowidjoyo. Zoologi Dasar. (Jakarta: Erlangga). h. 189.
[2]Kimball J,W. Biologi edisi kelima jilid 3. (Jakarta: Erlangga). h. 928.
[4]Campbell.Neil A. Biologi edisi kelima jilid 2. (Jakarta: Erlangga). h. 256..
[5]Tim Dosen. Penuntun Praktikum Taksonomi Vertebrata. ( Makassar : UIN Press ). h. 4.
[6]Campbell.Neil A. op. cit.
[7]Departemen Agama RI. Al Qur’an & Terjemah. Penerbit: Menara Kudus. h. 124.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan
1. Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah alat seksi, jarum pentul, loupe, dan papan seksi.
2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah ikan mas (Cyprinus carpio), ikan bandeng (Chanos chanos), dan kapas.
B. Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum ini adalah sebagai berikut :
Hari/tanggal : Senin 28 November 2011
Waktu : Pukul 13.00 – 15.00 WITA
Tempat : Laboratorium Zoologi lantai II
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
Samata-Gowa
C. Prosedur Kerja
1. Meletakkan ikan yang sudah mati di atas papan seksi
2. Mengamati bentuk luarnya , yang terdiri dari :
a. Bagian kepala; disini terdapat :
1. Mulut
2. Celah insang
3. Cekung hidung
4. Mata
5. Spirakel
b. Bagian badan; disini terdapat :
1. Macam-macam sirip
a. Sirip dada (pectoral)
b. Sirip perut (pelvic)
c. Sirip punggung
d. Sirip ekor
2. Sisik, cabut dengan pinset dan amati dengan luope
3. Kulit epidermis
4. Anus dan clasper
3. Pembedahan untuk melihat alat-alat dalam tubuh
a. Buat torehan disebelah belakang anus kea rah punggung dengan scalpel sampai menyentuh menyentuh tulang belakang.
b. Gunakan gunting untuk melakukan pemotongan mulai dari anus kea rah kepala sampai kedekat celah insang.
c. Lanjutkan pemotongan kearah punggung lewat pangkal sirip dada sampai tertumbuk pada tulang belakang.
d. Tahanlah dengan jarum, dan satu batas badan dan ekor, satu lagi dibatas kepala dan badan.
e. Buka dinding badan dengan menggunakan pinset. Dinding badan sebelah bawah ditahan dengan jarum
f. Bila saat mengangkat dinding badan setelah atas, jika ada alat-alat tumbuh yang melekat, lepaskan dengan spatula.
g. Buka rongga perut
h. Cari dan amati bentuk dan letak dari alat-alat berikut :
1. Ginjal
2. Hati
3. Usus
4. Pankreas
5. Jantung
i. Buat gambar alat-alat tersebut secara skematis sesuai dengan letaknya, kemudian lanjutkan pengamatan sistem demi sistem.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
1. Morfologi
Ikan Mas (Cyprinus carpio)
Keterangan gambar :
1. Cavum oris 6. Linea lateralis 11. Pina analis
2. Maxilla 7. Pina dorsalis I 12. Pina ventralis
3. Nares 8. Pina dorsalis II 13. Pina pectoralis
4. Visus 9. Pina caudalis 14. Mandibula
5. Operculum 10. Anus
2. Tipe Sisik
Ikan Mas (Cyprinus carpio)
a. Bagian Anterior
Tipe Sisik Ctenoid
b. Bagian Posterior
Tipe Sisik cycloid
3. Tipe Ekor
Ikan Mas (Cyprinus carpio)
Tipe ekor homocerecal
4. Morfologi
Ikan Bandeng (Chanos chanos)
Keterangan gambar :
1. Cavum oris 6. Linea letralis
2. Nares 7. Anus
3. Visus 8. Pina caudalis
4. Operculum 9. Pina analis
5. Pina dorsalis 10 Pina pectoralis
5. Tipe Sisik
Ikan Bandeng (Chanos chanos)
Tipe sisik ctenoid
6. Tipe Ekor
Ikan Bandeng (Chanos chanos)
Tipe ekor homocercal
7. Anatomi
Keterangan gambar :
1. Oesophagus 6. Usus (Intestinum)
2. Ginjal (Ren)
3. Jantung (Cor)
4. Empedu (Fesica velea)
5. Lambung (ventrikulum)
a. Sistem pernafasan
1. Filament Insang
2. Insang
3. Efferent branchialis
4. Cill vakers
a. Sistem pencernaan
1. Rongga mulut (Rimaoris)
2. Faring (Pharynx)
3. Kerongkongan (Oesophagus)
4. Hati (Hepar)
5. Lambung (Ventriculum)
6. Usus halus (Intestinum tenue)
7. Usus kasar (Intestinum resum)
8. Kloaka (Cloaca)
b. Sistem sirkulasi
1. Sinus venosus
2. Ventrikel
3. Auriculum
B. Pembahasan
a. Morfologi
Pada Ikan hiu otak dan organ–organ sensori dibungkus dan dilindungi oleh kondrokranium. Di bawahnya ada skeleton visceral yang terdiri dari rahang bawah dan lengkung-lengkung insang. Otot-otot diseluruh tubuh secara terartur bersegmen (metamerik) disebut mioto. Otot-otot itu bermodifikasi di kepala dan apendiks. Rahang tertutup dengan gigi. Pada jantan sirip kaudal itu berubah menjadi klasper. Mulut ventral, lubang hidung dua buah , disebalh ventral kepala. Mata disebelah lateral. Celah insang 5 buah, di belakang mata. Di sebelah dorsal depan mata ada spirakulum, yaitu peninggalan celah insang. Lubang kloakadi antara sirip pelvic. Tubuh tertutup dengan sisik-sisik plakoid yang asalnya homolog dengan gigi.
Begitu pula dengan ikan pari dibagian bawahnya terdapat spiracle, pina pectoralis, pina caudalis, Ikan pari merupakan salah satu jenis ikan yang termasuk kelas Elasmobranchii. Ikan ini dikenal sebagai ikan batoid, yaitu sekelompok ikan bertulang rawan yang mempunyai ekor seperti cambuk. Ikan pari memiliki celah insang yang terletak disisi ventral kepala. Sirip dada ikan ini melebar menyerupai sayap, dengan sisi bagian depan bergabung dengan kepala. Bagian tubuh sangat pipih sehingga memungkinkan untuk hidup di dasar laut. Bentuk ekor seperti cambuk pada beberapa spesies dengan sebuah atau lebih duri tajam di bagian ventral dan dorsal.
Kelompok ikan sejenis pari, sirip pektoralnya sangat membesar dan menempel sepanjang tubuh mulai dari bagian belakang kepala sampai didepan sirip pelvik. Bahkan pada ikan elektrik sirip tersebut menyatu pada ujungnya sebagai alat untuk memancarkan cahaya. Ikan pari umumnya memiliki dua sirip median dorsal yang letaknya jauh dari ekor, tetapi tidak ada pada ikan pari berduri (sting ray). Sirip anal jelas tidak ada. Meski sirip ekor tidak ditemukan pada kebanyakan ikan pari, tetapi berkembang sangat baik pada ikan pari elektrik. Bagian dalam dari sirip
b. Anatomi
Ikan hiu ataupun ikan bertulang rawan pada umumnya, tidak ditemukan struktur yang mirip paru-paru. Sistem ekskresi ikan seperti juga vertebrata lain yang mempunyai banyak fungsi antara lain untuk regulasi kadar air tubuh, menjaga keseimbangan garam dan mengeliminasi sisa nitrogen hasil dari metabolism protein. Untuk itu berkembang tiga tipe ginjal yaitu pronefros, mesonefros dan metanefros. Pada ikan hiu fungsi duktus gonad dan ginjal telah berkembang dilengkapi dengan duktus urinaria. Ginjal ikan harus berperan besar untuk menjaga keseimbangan garam tubuh. Tidak ada perbedaan prinsip antara mata ikan dan vertebrata lain, kecuali hanya ada cara akomodasi atau adaptasi spesial akibat cara hidup. Akomodasi atau kemampuan mata untuk mengatur dengan sendirinya atau mengatur secara otomatis untuk melihat dekat atau jauh, pada ikan dilengkapi dengan gerakan lensa mata ke samping atau ke muka belakang sehingga dapat merubah jarak retina yang paling sensitif.ikan hiu yang merupakan predator, selalu memiliki jarak pandang dan selalu menggerakkan lensa matanya ke depan atau menjauhi retina untuk melihat obyek agar tampak lebih besar.
Beberapa ikan hiu dan ikan pari, spina dorsal berhubungan dengan kelenjar bisa yang sangat beracun. Sebahagian besar racun itu sendiri adalah toksin berasaskan protein yang menyebabkan kesakitan pada mamalia dan bias juga mengubah kadar degupan jantung dan pernafasan.
Ada beberapa ikan hiu dan ikan pari yang mempunyai organ luminesen. Bioluminesen adalah pancaran sinar oleh organisme, sebagai hasil oksidasi dari berbagai substrat dalam memproduksi enzim. Susunan substratnya disebut lusiferin dan enzim yang sangat sensitive sebagai katalisator oksidasi disebut lusiferase. Organ luminesen (organ yang mampu menghasilkan sinar) ditemukan pada beberapa ikan hiu, ikan pari berlistrik (Benthobatis moresbyi) dan beberapa ikan tulang keras khususnya yang tinggal di laut dalam. Adanya organ yang memproduksi sinar ini dapat digunakan untuk menaksir kedalaman laut, dimana ikan tersebut tinggal.
c. Sistem Reproduksi
Pada larva terdapat gonat hermaprodit, tetapi setelah dewasa menjadi kelenjar kelamin jantan atau betina. Ketika dewasa sebagai hewan diesius. Telur atau spermatozoa dikeluarkan dari gonad langsung ke kavum abdominalis, terus ke porus genital, dan ke sinus urogenital lalu keluar di alam bebas
d. Sistem skeleton
Otak dan organ–organ sensori dibungkus dan dilindungi oleh kondrokranium. Di bawahnya ada skeleton visceral yang terdiri dari rahang bawah dan lengkung-lengkung insang. Vertebrae 2 macam : batang dan ekor, masing-masing dengan lengkung-lengkung neural. Hanya vertebra kaudal yang berisi lengkung-lengkung neural. Sirip-sirip disokong oleh tulang rawan, dan bagian distal diperkuat dengan jari-jari keratin. Ada sabuk-sabuk pectoral dan pelvic yang berturut-turut menyokong sirip-sirip pectoral dan pelvik.
e. Sistem Otot
Otot-otot diseluruh tubuh secara terartur bersegmen (metamerik) disebut mioto. Otot-otot itu bermodifikasi di kepala dan apendiks.
f. Sistem Pencernaan
Rahang tertutup dengan gigi. Faring terbuka lateral ke dalam 5 pasang celah insang. Esophagus, di sebelah posterior faring, terus bersatu dengan bagian karial lambung, terus ke bagian pilorik lambung, lalu berkelok ke depan membentuk huruf U. terus ke duedonium, lalu usus yang berkatup spiral, akhirnya ke rectum dan kloaka.
g. Sistem respirasi
Celah-celah insang lainnya baik dinding anterior maupun posterior mempunyai setengah insang. Di samping itu ada sisa insang yang disebut pseudobranch pada tiap spirakulum. Pseudobranch adalah sepasang celah insang pertama dari 6 pasang insang pada waktu embrio. Air masuk melalui mulut, melewati faring, lalu keluar melewati celah-celah insang.
h. Sistem Sirkulasi
Pada sistem sirkulasi jantung hanya mempunyai satu atrium dorsal (aurikel) yang menerima darah dari sinus venosus, dan satu ventrikel ventral yang memompa darah ke konus arteriosus. Dari konus itu darah selanjutnya menuju aorta ventral yang lalu bercabang-cabang menjadi 5 buah arteri branchial efferent. Kapiler-kapiler lalu bersatu membentuk aorta dorsalis, dari sini darah masuk ke dalam seluruh tubuh. Darah vena lalu kembali melalui 2 buah saluran cuvier dan masuk ke dalalm sinus venosus. Saluran cuvier itu bermuara dalam sinus venosus melalui vena cardinal anterior dan vena cardinal posterior. Fertilisasi internal ikan hiu jantan mempunyai alat kopulasi yang disebut clasper. Yang betina mempunyai 2 ovarium di dekat ujung anterior kavum abdominal. Telur yang masak melepaskan diri, menembus selaput ovarium, dan masuk ke dalam selom. Telur itu lalu ditarik masuk ke dalam ostium, terus ke oviduk menjadi uterus, hiu jantan memepunyai testis spermarozoa mencapai saluran wolf melalui vas eferen yang banyak jumlahnya
i. Klasifikasi
Adapun klasifikasi dari Ikan hiu (Charcarias menissorah) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Ordo : Squaliformes
Famili : Charcaridae
Class : Chondrichthyes
Genus : Charcarias
Spesies : Charcarias menissorah.
Adapun klasifikasi dari Ikan hiu (Charcarias menissorah) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Ordo : Rajiformes
Famili : Tryonidae
Class : Chondrichthyes
Genus : Trygon
Spesies : Trygon sephen.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini adalah struktur morfologi ikan hiu, otak dan organ–organ sensori dibungkus dan dilindungi oleh kondrokranium. Di bawahnya ada skeleton visceral yang terdiri dari rahang bawah dan lengkung-lengkung insang. Otot-otot diseluruh tubuh secara terartur bersegmen (metamerik) disebut mioto. Otot-otot itu bermodifikasi di kepala dan apendiks. Rahang tertutup dengan gigi. Pada jantan sirip kaudal itu berubah menjadi klasper. Mulut ventral, lubang hidung dua buah , disebalh ventral kepala. Mata disebelah lateral. Celah insang 5 buah, di belakang mata. Di sebelah dorsal depan mata ada spirakulum, yaitu peninggalan celah insang. Lubang kloakadi antara sirip pelvic. Tubuh tertutup dengan sisik-sisik plakoid yang asalnya homolog dengan gigi.
Struktur morfologi ikan pari memiliki celah insang yang terletak disisi ventral kepala. Sirip dada ikan ini melebar menyerupai sayap, dengan sisi bagian depan bergabung dengan kepala. Bagian tubuh sangat pipih sehingga memungkinkan untuk hidup di dasar laut. Bentuk ekor seperti cambuk pada beberapa spesies dengan sebuah atau lebih duri tajam di bagian ventral dan dorsal.Kelompok ikan sejenis pari, sirip pektoralnya sangat membesar dan menempel sepanjang tubuh mulai dari bagian belakang kepala sampai didepan sirip pelvik
Bagian anatomi Ikan Chondrichthyes atau ikan bertulang rawan pada umumnya, tidak ditemukan struktur yang mirip paru-paru. Sistem ekskresi ikan seperti juga vertebrata lain yang mempunyai banyak fungsi.Untuk itu berkembang tiga tipe ginjal yaitu pronefros, mesonefros dan metanefros. pada ikan dilengkapi dengan gerakan lensa mata ke samping atau ke muka belakang sehingga dapat merubah jarak retina yang paling sensitif. Beberapa ikan hiu dan ikan pari, spina dorsal berhubungan dengan kelenjar bisa yang sangat beracun. Sebahagian besar racun itu sendiri adalah toksin berasaskan protein yang menyebabkan kesakitan pada mamalia dan bias juga mengubah kadar degupan jantung dan pernafasan.
B. Saran
Adapun saran yang dapat saya berikan setelah melakukan praktikum ini adalah agar praktikan lebih memahami teori-teori sebelum praktikum agar bagian yang diamati lebih mudah dipahami.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell.Neil A. Biologi edisi kelima jilid 2. Jakarta: Erlangga.1999.
Anonim. Chondrichtyes: http:// file://kelaschonrichtyes.htm.( Tanggal 27 Oktober 2011 ).
Jasin, Maskoeri. Zoologi Vertebrata. Surabaya: Sinar Wijaya. 1992.
Kimball, J,W. Biologi edisi kelima jilid 3. Jakarta: Erlangga. 1999.
Mukayat, Djarubito. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga. 1989.
Schaums. Tss Biologi Ed. 2. Erlangga.: Jakarta.1989.
Tim Dosen. Penuntun Praktikum Taksonomi Vertebrata. Makassar : Universitas Islam Negeri. 2011.
Anonim. Wikipedia. http.File: http:// Wikimedia.org.( Tanggal 27 Oktober 2011 ).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar